Hingga akhir 2023, produksi subholding hulu PT Pertamina Hulu Energi mencapai 566 ribu barel minyak per hari atau sekitar 68% dari total produksi minyak mentah nasional. Sumbangan produksi minyak dan gas bumi (migas) ini memiliki dampak signifikan terhadap kas negara, dengan kontribusi mencapai Rp230,4 miliar melalui Badan Layanan Umum (BLU) Migas. Angka ini merupakan yang tertinggi dalam 14 tahun terakhir, meskipun penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sedikit menurun dibandingkan tahun sebelumnya, terutama dipengaruhi oleh fluktuasi harga minyak mentah Indonesia (Indonesian crude price/ICP).
Meskipun demikian, investasi migas mengalami peningkatan yang signifikan, mencapai 12% atau sekitar USD15,6 miliar. Investasi ini terutama berasal dari sektor hulu, yang naik lebih dari 5% dari rencana jangka panjang, serta melampaui tren global dalam investasi Exploration & Production (E&P) sekitar 6,5%.
SKK Migas telah menetapkan target investasi lebih tinggi sebesar USD17,7 miliar untuk tahun 2024, dengan penandatanganan 13 wilayah kerja minyak dan gas bumi (WK Migas) pada tahun 2023. Selain itu, produksi migas Pertamina juga mengalami peningkatan signifikan, dengan 68% produksi minyak mentah di Indonesia berasal dari Pertamina. Produksi gas dari subholding hulu juga menyumbang 33% dari produksi nasional.
Langkah-langkah pemerintah untuk mempercepat proses perizinan migas telah menghasilkan hasil positif, dengan rata-rata waktu perizinan hulu migas adalah 5,9 hari, di bawah target SLA 8-10 hari. Hal ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk mencapai target produksi minyak bumi sebanyak 1 juta barel per hari dan produksi gas bumi 12 miliar kaki kubik per hari pada tahun 2030.
Dengan demikian, upaya pemerintah bersama produsen migas untuk mendorong eksplorasi dan eksploitasi lebih lanjut di wilayah kerja migas menjadi penting untuk menahan laju penurunan produksi minyak nasional.