Menurut Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar, perekonomian Indonesia pada triwulan I-2024 mengalami pertumbuhan sebesar 5,11 persen dibandingkan dengan triwulan I-2023, jika diukur secara year on year (y-on-y). Industri Pengolahan, Konstruksi, Pertambangan dan Penggalian, serta Perdagangan menjadi penyumbang utama pertumbuhan ekonomi dari sisi produksi.
Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) menjadi penyumbang utama pertumbuhan ekonomi. Namun, pertumbuhan tertinggi terjadi pada konsumsi Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT), yang dipicu oleh kegiatan pemilihan umum dengan pertumbuhan mencapai 24,29 persen.
Meskipun begitu, ekonomi Indonesia mengalami kontraksi sebesar 0,83 persen jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kontraksi terdalam dari sisi produksi terjadi pada Lapangan Usaha Jasa Pendidikan, sementara dari sisi pengeluaran, kontraksi terdalam dialami oleh komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PK-P), mencapai 36,69 persen.
Amalia juga menyoroti peran provinsi di Pulau Jawa dalam perekonomian Indonesia, yang masih dominan dengan kontribusi sebesar 57,70 persen. Meskipun demikian, terjadi perlambatan pertumbuhan sebesar 4,84 persen dibandingkan dengan triwulan I-2023.
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun terdapat pertumbuhan secara keseluruhan, namun masih terdapat beberapa sektor yang mengalami kontraksi. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis lebih lanjut untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi dan mencari solusi untuk memperkuat sektor-sektor yang masih tertinggal.