Indonesia Maksimalkan Peluang USD11,8 Miliar: Dengan Mempertemukan Industri Pengolahan Rumput Laut dengan Pengguna

Sebagai negara penghasil budidaya rumput laut terbesar kedua di dunia, Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan industri rumput laut dari hulu hingga hilir. Namun, hingga kini, ekspor produk hilir rumput laut yang bernilai tambah masih belum menunjukkan pertumbuhan yang signifikan.

“Kemenperin berkomitmen untuk meningkatkan hilirisasi komoditas rumput laut melalui berbagai kebijakan,” kata Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika, saat mewakili Menteri Perindustrian membuka acara Business Matching Industri Pengolahan Rumput Laut dengan Industri Pengguna di Jakarta, Selasa (25/6).

Dalam dekade terakhir, ekspor rumput laut kering dari Indonesia masih mendominasi, baik untuk konsumsi maupun bahan baku industri, mencapai 66,61%. Sementara itu, ekspor produk olahan rumput laut seperti karagenan dan agar-agar hanya sebesar 33,39%.

Pada tahun 2023, Indonesia memproduksi 10,7 juta ton rumput laut basah, yang sebagian besar digunakan untuk produk makanan dan minuman (77%), sedangkan untuk farmasi, kosmetik, dan lainnya baru mencapai 23%. Oleh karena itu, Kemenperin terus mendorong agar industri ini lebih adaptif terhadap perubahan dan perkembangan pasar.

Laporan “The Global Seaweed: New and Emerging Market Report” tahun 2023 mengidentifikasi pasar baru yang akan berkembang pada tahun 2030 dengan potensi pasar sebesar USD 11,8 miliar. Pasar ini meliputi produk-produk seperti biostimulan, bioplastik, aditif pakan hewan, nutraseutikal, protein alternatif, farmasi, dan tekstil. “Diperlukan pengembangan dan inovasi produk untuk mendorong hilirisasi rumput laut menjadi produk-produk potensial tersebut,” ujar Putu.

Pengembangan hilirisasi berbasis sumber daya hayati, seperti rumput laut, akan semakin fokus dan berkembang seiring dengan masuknya komoditas ini dalam tematik pengembangan hilirisasi industri berbasis SDA unggulan pada RPJMN 2025 – 2029.

Untuk meningkatkan daya saing dan optimalisasi hilirisasi industri rumput laut dalam negeri, Kemenperin menjalin sinergi dengan berbagai K/L melalui program dan kebijakan afirmatif sesuai arahan Presiden. Kemenperin juga mendorong kerja sama antara industri pengolahan rumput laut dengan industri pengguna, program sertifikasi TKDN, dan restrukturisasi mesin atau peralatan bagi industri pengolahan rumput laut.

Sebagai bagian dari upaya ini, Kemenperin menyelenggarakan Business Matching Industri Pengolahan Rumput Laut dengan Industri Pengguna pada 25-26 Juni 2024 di Jakarta. Ini merupakan business matching kedua yang diadakan Kemenperin, setelah sebelumnya berhasil mencatatkan transaksi kerja sama sebesar Rp6,3 miliar pada tahun 2022. Business Matching kali ini diikuti oleh 19 perusahaan industri pengolahan rumput laut yang menghasilkan produk seperti karagenan, agar-agar, bioplastik, biostimulan, dan pupuk. Kegiatan ini juga dihadiri oleh industri pengguna rumput laut dari sektor pangan dan nonpangan.

“Kami menyusun sesi sharing profil perusahaan industri pengolahan rumput laut sebagai media promosi dan pengenalan produk, diikuti dengan pertemuan antara industri pengolahan rumput laut dan industri pengguna,” jelas Putu.

Dalam rangkaian agenda Business Matching, juga diadakan seminar bertema “Future Market Outlook: Seaweed Application for Industry” dengan narasumber dari CBI Belanda, yang mendukung Industri Kecil dan Menengah di negara berkembang untuk terhubung dengan pasar Eropa dan regional.

Pada pembukaan Business Matching, Dirjen Industri Agro menyaksikan penandatanganan Point of Interest antara industri pengolahan rumput laut dan industrinya, termasuk PT Algalindo Perdana dengan PT Karunia Alam Segar, PT Seaweedtama Biopac Indonesia dengan PT Kelleng Indo Kopi, serta PT Ijo Inovasi Indonesia dengan PT Asia Sejahtera Mina Tbk. Business Matching kali ini ditargetkan mencapai transaksi kerja sama sebesar Rp15 miliar.

“Kami berharap Business Matching ini membuka peluang pengembangan usaha, meningkatkan daya saing produk dalam negeri, dan mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku impor,” pungkas Dirjen Industri Agro.

Pengembangan industri rumput laut memiliki potensi besar untuk meningkatkan perekonomian Indonesia. Dengan mengoptimalkan hilirisasi produk rumput laut, Indonesia tidak hanya akan meningkatkan nilai tambah dari komoditas ini tetapi juga membuka lapangan kerja baru, mendorong inovasi, dan mengurangi ketergantungan pada impor. Selain itu, dengan masuknya rumput laut dalam tematik pengembangan hilirisasi industri pada RPJMN 2025 – 2029, pemerintah menunjukkan komitmennya untuk menjadikan rumput laut sebagai salah satu komoditas unggulan. Upaya ini perlu didukung oleh semua pihak, mulai dari pemerintah, industri, hingga masyarakat, untuk mewujudkan potensi penuh dari industri rumput laut Indonesia.

Share this post :

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Create a new perspective on life

Your Ads Here (365 x 270 area)
Latest News
Categories

Subscribe our newsletter

Purus ut praesent facilisi dictumst sollicitudin cubilia ridiculus.

Home
Search
Explore
Menu
×