Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), bersama Kementerian Luar Negeri dan KBRI Suva, memperkuat hubungan Indonesia dengan negara-negara di kawasan Pasifik melalui program Harmony in the Pacific. Program ini memanfaatkan pendekatan kebudayaan dan warisan bersama, sejalan dengan visi “Pacific Elevation” yang bertujuan mempererat kerja sama antara Indonesia Timur dan negara-negara Pasifik.
Sebanyak 25 seniman dari Indonesia, Papua Nugini, Vanuatu, Kepulauan Solomon, Kaledonia Baru, Kiribati, Nauru, dan Tuvalu akan ambil bagian dalam residensi budaya ini, terdiri dari 15 seniman musik dan 10 seniman tari. Kurasi dilakukan oleh dua pakar, Nyak Ina Raseuki dan Josh Marcy, yang dikenal melalui Pekan Kebudayaan Nasional.
Residensi berlangsung dalam dua tahap: pertama di Labuan Bajo dan Maumere dari 9-17 September 2024, di mana para seniman akan berkolaborasi dengan komunitas seni lokal seperti VIDEOGE Arts & Society dan Komunitas KAHE. Tahap kedua berlanjut di Suva, Fiji, dari 18-28 September 2024, dengan dukungan dari Fiji Arts Council. Hasil kolaborasi ini akan ditampilkan dalam showcase, termasuk acara resepsi diplomatik di KBRI Suva pada 27 September.
Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid menekankan pentingnya kebudayaan sebagai jembatan antarbangsa. “Melalui Harmony in the Pacific, kita tidak hanya mempromosikan budaya Indonesia, tapi juga belajar dan bekerja sama dengan negara-negara tetangga di Pasifik. Inisiatif ini memperkuat kesalingpahaman dan mendorong terciptanya karya baru yang menggabungkan nilai-nilai serta warisan budaya bersama.”
Selain residensi, program ini juga mencakup Diskusi Warisan Gastronomi dan Demo Memasak pada 25 September di The University of South Pacific, Suva, yang menampilkan tokoh kuliner Indonesia, Helianti Hilman dan Chef Charles Toto, bersama ahli gastronomi dari Fiji. Ini akan menyoroti kekayaan kuliner yang dimiliki bersama oleh Indonesia dan negara-negara Pasifik. Ada juga pemutaran film karya sineas Indonesia, disertai diskusi.
Program ini lebih dari sekadar pertukaran seni. Harmony in the Pacific merupakan wujud nyata diplomasi budaya, di mana seni, kuliner, dan film menjadi alat untuk menciptakan jembatan pemahaman yang lebih dalam antara Indonesia dan negara-negara Pasifik. Ini juga membuka peluang kolaborasi yang lebih luas di masa depan, tidak hanya dalam seni, tetapi juga dalam pengetahuan dan warisan budaya.