Indonesia sedang mengakselerasi langkah menuju swasembada beras dengan target pencapaian pada 2027. Lebih dari sekadar memenuhi kebutuhan nasional, pemerintah bercita-cita menjadikan Indonesia lumbung pangan dunia pada 2029. Visi ini tidak hanya menunjukkan komitmen dalam sektor pangan, tetapi juga ambisi Indonesia untuk menjadi pemain utama dalam perdagangan pangan global.
Menurut Kementerian Pertanian (Kementan), produksi beras nasional diproyeksikan meningkat hingga 2,5 juta ton mulai 2025, seiring implementasi berbagai program strategis. Ini merupakan upaya penting untuk mengurangi ketergantungan pada impor beras, yang selama bertahun-tahun menjadi tantangan bagi ketahanan pangan Indonesia.
Strategi Besar: Pompanisasi, Cetak Sawah, dan Optimalisasi Lahan Rawa
Untuk mendukung visi besar ini, Kementan telah merancang serangkaian program unggulan. Menurut Anny Mulyani, Tenaga Ahli Menteri Pertanian Bidang Pemanfaatan Lahan Marginal, strategi yang diterapkan mencakup pompanisasi, optimalisasi lahan rawa, dan cetak sawah baru.
- Pompanisasi: Menargetkan penyediaan air irigasi untuk 1 juta hektare lahan sawah baru, membantu petani meningkatkan produktivitas meski menghadapi cuaca ekstrem.
- Optimalisasi lahan rawa: Menyulap lahan tidak produktif menjadi area pertanian aktif, terutama di daerah yang selama ini kurang dimanfaatkan.
- Cetak sawah baru: Fokus pada memperluas lahan pertanian yang langsung siap ditanami dan mendukung peningkatan produksi.
Langkah-langkah ini akan mendukung peningkatan produksi secara bertahap hingga mencapai 10 juta ton pada 2027—saat Indonesia menargetkan swasembada penuh.
Mengurangi Impor Beras secara Bertahap
Saat ini, Indonesia masih menghadapi ketergantungan pada impor beras yang cukup tinggi. Namun, Kementan optimistis bahwa dengan perbaikan irigasi dan cetak sawah baru, impor beras dapat ditekan hingga 5 juta ton pada 2026. Target utamanya adalah mencapai swasembada pada 2027, sehingga Indonesia tak perlu lagi bergantung pada impor dan justru mampu menghasilkan surplus beras.
Tidak hanya fokus pada peningkatan produksi, perbaikan irigasi menjadi kunci sukses. Tanpa irigasi yang optimal, sawah akan bergantung pada pola hujan, yang rentan terhadap perubahan iklim. Dengan irigasi yang lebih baik, hasil panen diharapkan meningkat secara konsisten.
Ekspor Beras dan Lumbung Pangan Dunia pada 2029
Setelah mencapai swasembada, tahun 2028 menjadi titik awal bagi Indonesia untuk mulai mengekspor beras ke pasar global. Program cetak sawah akan terus diperluas, dengan target surplus 10 juta ton beras, yang sebagian besarnya dialokasikan untuk ekspor. Ini membuka peluang bagi Indonesia untuk mengambil peran sebagai eksportir utama beras dunia, memperkuat posisi di pasar internasional.
Pada 2029, Kementan memiliki ambisi lebih besar: Indonesia sebagai lumbung pangan dunia. Dalam skenario ini, Indonesia tidak hanya memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri, tetapi juga siap menjadi pemasok beras bagi negara-negara lain dan memberikan bantuan kemanusiaan ketika dibutuhkan. Langkah ini menggambarkan perubahan besar dalam sektor pertanian Indonesia—dari konsumen menjadi produsen dan pemberi solusi pangan global.
Merauke: Pilar Utama Cetak Sawah di Indonesia Timur
Salah satu wilayah prioritas dalam program cetak sawah adalah Kabupaten Merauke, Papua Selatan. Menurut Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, pemerintah berfokus pada intensifikasi 40.000 hektare sawah di Merauke, dengan 35.000 hektare sudah dalam tahap penanaman.
Merauke dipilih karena potensi lahan pertanian yang besar dan relatif belum dimanfaatkan maksimal. Pemerintah berharap langkah ini tidak hanya mendukung target swasembada tetapi juga mendorong perekonomian lokal, menciptakan lapangan kerja baru, dan meningkatkan kesejahteraan petani setempat.
Tantangan dan Optimisme Menuju 2029
Meski program ini ambisius, sejumlah tantangan besar harus dihadapi, seperti:
- Perubahan iklim: Cuaca ekstrem dan ketidakpastian musim memengaruhi produktivitas.
- Manajemen air: Efisiensi irigasi menjadi kunci utama keberhasilan program.
- Dukungan infrastruktur dan teknologi: Perlu adanya modernisasi di sektor pertanian agar lebih produktif dan efisien.
Namun, dengan dukungan kuat dari pemerintah pusat dan daerah, kolaborasi petani, dan penerapan teknologi pertanian, Indonesia yakin mampu mencapai visinya. Keberhasilan mencapai swasembada beras akan menjadi fondasi kuat untuk menuju Indonesia sebagai lumbung pangan dunia pada 2029.