Sepak Bola: Olahraga Pemersatu dan Mesin Ekonomi Indonesia

Tak bisa dipungkiri, sepak bola adalah olahraga yang paling dicintai oleh masyarakat Indonesia. Mulai dari pelosok desa hingga kota-kota besar, olahraga ini dimainkan dan dinikmati oleh berbagai kalangan. Bahkan, jutaan warga Indonesia rela begadang hingga larut malam hanya untuk menonton pertandingan tim nasional dan liga-liga internasional yang disiarkan melalui TV nasional maupun berlangganan.

Menariknya, saat ini tim nasional Indonesia semakin optimistis dengan hadirnya sejumlah pemain naturalisasi yang memiliki hubungan darah Indonesia. Kehadiran mereka diharapkan mampu membawa Garuda meraih mimpi besar: lolos ke putaran final Piala Dunia 2026. Harapan ini sejalan dengan peningkatan kualitas tim yang terus menunjukkan progres signifikan di berbagai turnamen.


Popularitas Sepak Bola dan Dampak Ekonominya

Menurut laporan World Football Report 2022 dari AC Nielsen, 70 persen dari total penduduk Indonesia—sekitar 282,4 juta jiwa—menyatakan bahwa mereka mencintai sepak bola. Ini menjadikan Indonesia sebagai negara dengan basis penggemar sepak bola terbesar ketiga di Asia. Angka ini menunjukkan betapa besarnya pengaruh sepak bola dalam kehidupan masyarakat Indonesia, baik sebagai hiburan maupun identitas budaya.

Namun, sepak bola bukan hanya tentang olahraga dan fanatisme semata. Di Indonesia, olahraga ini telah tumbuh menjadi industri besar. Berdasarkan riset dari BRI Research Institute, perputaran uang di Liga 1 musim 2023/2024 mencapai Rp9 triliun. Angka ini jauh melampaui prediksi LPEM Universitas Indonesia, yang menyebut kisaran perputaran uang sebelumnya hanya sekitar Rp2,7 hingga Rp3 triliun per musim. Fakta ini menegaskan bahwa sepak bola memiliki potensi besar sebagai penggerak ekonomi nasional.


Stadion sebagai Infrastruktur Vital Sepak Bola Indonesia

Salah satu aspek penting dari sepak bola adalah stadion—tempat di mana ribuan orang berkumpul untuk mendukung tim kesayangan mereka. Di Indonesia, meskipun terdapat ratusan stadion di berbagai wilayah, hanya 12 stadion yang memenuhi standar FIFA. Hal ini menunjukkan perlunya peningkatan kualitas stadion agar sesuai dengan standar keselamatan dan kenyamanan penonton.

Kenangan kelam tragedi di Stadion Kanjuruhan pada 2 Oktober 2022 menjadi peringatan pahit tentang pentingnya faktor keamanan. 135 nyawa melayang dan 583 orang terluka akibat insiden pasca-derby antara Arema FC dan Persebaya Surabaya. Tragedi ini menjadi salah satu bencana terburuk dalam sejarah sepak bola dunia dan mendorong pemerintah untuk menghentikan sementara Liga 1. Sejak saat itu, isu keselamatan penonton menjadi prioritas utama dalam setiap pembangunan dan renovasi stadion di Indonesia.


APBN 2024 dan Komitmen Renovasi Stadion Nasional

Pemerintah menunjukkan keseriusan dalam meningkatkan kualitas stadion dengan menganggarkan Rp2,87 triliun dari APBN 2024 untuk renovasi dan pembangunan 21 stadion di berbagai daerah. Sri Mulyani, Menteri Keuangan, menjelaskan bahwa renovasi ini mencakup stadion di Aceh, Sumatra Utara, Jawa Barat, Kalimantan, hingga Sulawesi Selatan. Misalnya, Stadion Teladan Medan mendapat pagu sebesar Rp275,39 miliar, dan Stadion Gelora Delta Sidoarjo dengan Rp91,88 miliar.

Di antara renovasi tersebut, beberapa stadion menjadi sorotan karena nilai anggarannya yang besar. Stadion Harapan Bangsa di Banda Aceh, misalnya, telah menyelesaikan renovasinya dengan biaya Rp324,4 miliar dan digunakan sebagai tempat pembukaan Pekan Olahraga Nasional (PON) 2024. Stadion ini juga menjadi kandang klub Persiraja Banda Aceh yang berkompetisi di Liga 2.

Selanjutnya, Stadion Kanjuruhan yang mengalami renovasi total setelah tragedi 2022, dengan anggaran sebesar Rp331,6 miliar. Kapasitas stadion ini dikurangi menjadi 21.700 penonton dengan semua kursi diubah menjadi single seat, mengikuti standar FIFA. Pembangunan juga memperkuat akses keluar-masuk stadion untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.

Stadion lain yang mendapat perhatian khusus adalah Stadion Utama Sumatra Utara di Deli Serdang. Dibangun di atas lahan seluas 48.420 meter persegi, stadion ini menelan biaya Rp587 miliar dan memiliki kapasitas 25.750 penonton. Stadion ini telah digunakan untuk upacara penutupan PON 2024, membuktikan bahwa infrastruktur baru ini siap mendukung berbagai acara olahraga besar di masa mendatang.


Stadion: Lebih dari Sekadar Tempat Pertandingan

Renovasi dan pembangunan stadion bukan hanya untuk pertandingan sepak bola, tetapi juga membuka peluang bagi aktivitas positif lainnya seperti konser dan kegiatan komunitas. Sri Mulyani menekankan pentingnya menjaga dan memanfaatkan fasilitas ini untuk berbagai kegiatan agar investasi besar yang dikeluarkan bisa memberikan manfaat jangka panjang.


Membangun Ekosistem Sepak Bola yang Lebih Baik

Indonesia kini berada di persimpangan penting dalam pengembangan ekosistem sepak bola nasional. Dengan perbaikan infrastruktur, peningkatan kualitas kompetisi, dan dukungan penuh dari pemerintah, Indonesia berpeluang besar untuk bersaing di kancah internasional. Namun, pembangunan stadion yang megah harus dibarengi dengan edukasi tentang pentingnya keamanan dan etika penonton agar tragedi seperti Kanjuruhan tak terulang kembali.

Selain itu, keberhasilan pembangunan ekosistem sepak bola ini juga memerlukan peran aktif dari seluruh pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, klub, dan masyarakat. Infrastruktur yang modern dan kompetisi yang sehat akan menciptakan lingkungan sepak bola yang profesional dan mampu menarik minat generasi muda untuk terlibat dalam olahraga ini.


Share this post :

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Create a new perspective on life

Your Ads Here (365 x 270 area)
Latest News
Categories

Subscribe our newsletter

Purus ut praesent facilisi dictumst sollicitudin cubilia ridiculus.

Home
Search
Explore
Menu
×