Sejak diluncurkan pada 29 Januari 2021, Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) Adaptif telah menunjukkan eksistensi yang luar biasa, bahkan merambah ke kancah global. Dalam kurun waktu 2021 hingga Oktober 2024, tercatat sebanyak 938.200 orang telah mengikuti tes ini. Pesertanya tidak hanya berasal dari Indonesia sebagai penutur asli, tetapi juga dari berbagai negara lain. Tingginya permintaan terhadap UKBI salah satunya dipicu oleh berbagai kebijakan pemerintah yang menjadikan UKBI sebagai syarat administratif, seperti untuk pendaftaran jabatan fungsional widyabasa, kenaikan jenjang penerjemah, beasiswa unggulan, hingga kelulusan di sekitar 80 perguruan tinggi.
Namun, di balik pencapaiannya, UKBI menghadapi tantangan besar. Salah satunya adalah persepsi masyarakat yang belum sepenuhnya memahami bahwa UKBI merupakan alat ukur penting untuk menilai kemahiran berbahasa seseorang. Banyak yang masih menganggap kemahiran berbahasa Indonesia tidak perlu diujikan karena bahasa ini digunakan sehari-hari. Ini menunjukkan perlunya upaya yang lebih intensif dalam meningkatkan kesadaran akan pentingnya kompetensi berbahasa sebagai bagian dari profesionalisme.
Menjawab Tantangan Zaman: UKBI dan Profesi Masa Depan
Saat ini, berbagai profesi baru bermunculan seiring dengan perkembangan teknologi dan perubahan sosial. Profesi-profesi ini menuntut standar kemahiran berbahasa yang lebih spesifik untuk mendukung kebutuhan komunikasi. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) menangkap kebutuhan ini dengan menyelenggarakan Lokakarya Standar Kemahiran Berbahasa Indonesia pada 19–22 November 2024 di Denpasar, Bali. Kegiatan ini melibatkan para ahli UKBI, asosiasi profesi, akademisi, hingga praktisi dari berbagai bidang.
Menurut Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Ganjar Harimansyah, keberhasilan UKBI hingga saat ini tidak terlepas dari kolaborasi berbagai pihak. Ia mengapresiasi semua pihak yang telah mendukung sosialisasi UKBI. “UKBI bisa terus eksis berkat kerja sama kita semua. Ke depan, kolaborasi ini harus terus ditingkatkan agar UKBI makin relevan dengan kebutuhan masyarakat,” harapnya.
Mewujudkan UKBI yang Lebih Inklusif dan Canggih
Ganjar juga menyoroti kendala infrastruktur di wilayah Indonesia bagian timur yang berdampak pada akses masyarakat terhadap UKBI. “Masih banyak daerah di sana yang kesulitan jaringan. Kita perlu mencari solusi agar UKBI dapat diakses dengan mudah oleh semua orang, tanpa terkendala masalah teknis,” tegasnya.
Tak hanya itu, Ganjar juga memperkenalkan gagasan besar untuk mengembangkan UKBI berbasis kecerdasan artifisial (AI). Teknologi ini akan memungkinkan sistem untuk secara otomatis mendeteksi kemahiran berbahasa peserta melalui algoritma canggih. “Dengan UKBI berbasis AI, proses penilaian akan lebih cepat, efisien, dan inklusif,” jelas Ganjar. Langkah ini diharapkan membuat UKBI semakin adaptif terhadap kebutuhan era digital sekaligus mendorong minat masyarakat untuk berpartisipasi.
Landasan Regulasi untuk Masa Depan UKBI
Ketua Tim KKLP UKBI, Elvi Suzanti, menyampaikan bahwa tujuan lokakarya ini adalah menyusun bahan regulasi untuk melengkapi naskah akademik mengenai standar kemahiran berbahasa Indonesia. Selain itu, acara ini juga menghasilkan peta jalan dan rencana induk pengelolaan UKBI Adaptif. “Dengan regulasi yang kuat, UKBI dapat terus relevan dan menjawab kebutuhan zaman,” paparnya.
Para narasumber terkemuka seperti Yudhistira Nugraha, Dody Firmansyah, hingga Bambang Trimansyah turut hadir untuk merumuskan draf peraturan standar kemahiran berbahasa Indonesia. Salah satu peserta lokakarya, I Dewa Gede Budi Utama dari Universitas Pendidikan Ganesha (Bali), menekankan bahwa UKBI dapat meningkatkan sikap positif masyarakat terhadap bahasa Indonesia. “Melalui UKBI, kecintaan masyarakat terhadap bahasa Indonesia akan tumbuh, dan hal ini sangat penting untuk menjaga martabat bahasa kita,” ungkapnya.
UKBI: Lebih dari Sekadar Tes, tetapi Investasi Masa Depan
Keberadaan UKBI Adaptif tidak hanya sebagai alat ukur kemampuan, tetapi juga sebagai jembatan untuk meningkatkan profesionalisme dan kebanggaan berbahasa Indonesia. Dengan dukungan regulasi yang jelas, teknologi AI, dan kolaborasi lintas sektor, UKBI memiliki potensi besar untuk menjadi instrumen unggulan yang tidak hanya mengukur kemampuan individu, tetapi juga memperkuat identitas nasional di tingkat global.