Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) kini semakin memperkuat kolaborasi dengan otoritas Norwegia dalam upaya meningkatkan kapasitas pengujian mutu dan keamanan pangan produk kelautan dan perikanan. Kerja sama ini tak hanya bertujuan memastikan standar kualitas yang tinggi, tetapi juga mempersiapkan Indonesia untuk bersaing di pasar global dengan digitalisasi perdagangan produk perikanan sebagai salah satu target utama.
“Mutu dan keamanan pangan (food safety) kini menjadi isu sentral dalam perdagangan global, termasuk untuk komoditas perikanan. Ini adalah standar yang harus kita kejar,” ungkap Ishartini, Kepala Badan Pengawasan dan Pengendalian Mutu Hasil Kelautan dan Perikanan (BPPMHKP), dalam sebuah pernyataan di Jakarta pada Selasa (19/11/2024).
Kemitraan Strategis dan Pengakuan Internasional
Hubungan KKP dengan Norwegia semakin erat melalui Mutual Recognition Arrangement (MRA) yang telah berlaku sejak Oktober 2022 bersama Norwegian Food Safety Authority (NFSA). Melalui pengakuan ini, BPPMHKP sebagai otoritas kompeten Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Kelautan dan Perikanan (SJMKHKP) mendapatkan pengakuan resmi dari berbagai negara besar, termasuk Norwegia, Uni Eropa, Amerika Serikat, dan China.
Pengakuan ini tidak datang begitu saja. BPPMHKP telah melalui serangkaian prosedur ketat yang diatur dalam regulasi nasional serta memenuhi notifikasi resmi World Trade Organization (WTO). Langkah ini membuktikan bahwa sistem pengawasan mutu dan keamanan pangan Indonesia mampu bersaing di panggung internasional.
Belajar dari Norwegia: Dari Hulu ke Hilir
Sebagai bagian dari kolaborasi ini, NFSA bahkan mengundang dan membiayai personel BPPMHKP untuk belajar langsung tentang proses quality assurance salmon dari hulu hingga hilir di Norwegia pada September 2024. Tak hanya itu, Kedutaan Besar Norwegia juga turut memperkuat jejaring kerja sama dengan mengundang BPPMHKP dalam acara seafood dinner yang mempertemukan pelaku usaha, pemasok, hingga pengusaha restoran seafood.
“Ini adalah langkah penting agar SJMKHKP kita selaras dengan tren global. Kami ingin memastikan jaminan mutu tidak hanya berlaku di dalam negeri, tetapi juga di seluruh rantai pasok internasional,” jelas Ishartini.
Implementasi MRA: Normalisasi dan Langkah Strategis
Hasil nyata dari MRA ini sudah mulai terlihat, seperti normalisasi perdagangan komoditas perikanan antara Indonesia dan Norwegia per 2 Oktober 2024. Langkah strategis lainnya termasuk rencana workshop bersama pada tahun 2024 yang akan fokus pada manajemen risiko perdagangan, inspeksi bersama, serta registrasi Unit Pengolahan Ikan (UPI).
Namun, Ishartini mengakui bahwa beberapa agenda seperti capacity building untuk pengujian mutu dan pengawasan keamanan pangan pasca-pasar belum terealisasi akibat reorganisasi internal. Meski begitu, upaya ini terus didorong untuk memastikan semua target dapat tercapai.
Quality Assurance: Kunci Ekspor Berdaya Saing Tinggi
Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono juga menegaskan pentingnya quality assurance dalam mendorong performa ekspor perikanan. “Fokus kami adalah mendampingi para pelaku usaha perikanan dalam setiap tahap, mulai dari sertifikasi hingga analisis potensi pasar, sambil memperkuat peran sebagai pengawas kualitas,” ujarnya.
Kerja sama strategis ini membawa pesan yang jelas: produk perikanan Indonesia tidak hanya harus memenuhi standar domestik tetapi juga siap bersaing dengan produk negara lain di pasar global. Dengan penguatan kapasitas teknologi, sinergi internasional, dan dukungan pemerintah, Indonesia dapat memperkuat posisinya sebagai pemain utama di industri perikanan global.
Kolaborasi dengan Norwegia bukan sekadar kerja sama teknis, tetapi langkah penting dalam membangun kepercayaan global terhadap mutu produk perikanan Indonesia. Dalam konteks perdagangan internasional yang semakin kompetitif, hal ini menjadi kunci untuk membuka lebih banyak peluang ekspor, meningkatkan devisa, dan memperkuat daya saing ekonomi nasional.
