Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon, baru saja melakukan pertemuan bersejarah dengan Duta Besar Marc Gerritsen dari Belanda untuk menyerahkan kembali objek warisan budaya Indonesia yang telah lama berada di negeri tersebut. Acara serah terima yang berlangsung di Museum Nasional Indonesia pada 17 Desember 2024 ini menandai langkah penting dalam repatriasi 272 objek warisan budaya, termasuk 204 koleksi dari Belanda dan 68 koleksi tambahan dari Museum Rotterdam. Ini adalah kesepakatan kelima dalam rangkaian repatriasi, yang menjadi bukti kuatnya komitmen kedua negara untuk memulihkan sejarah budaya Indonesia.
Sebagian besar dari koleksi tersebut berasal dari Puputan Badung, memiliki makna yang mendalam, baik secara historis, spiritual, maupun artistik. Proses pengembalian ini bukan hanya soal memulangkan benda-benda berharga, tetapi juga menjadi perjalanan penyembuhan dan rekonsiliasi antara masa lalu dan masa kini. Momen ini memperlihatkan pentingnya melestarikan identitas budaya dan menjadikannya warisan yang terus hidup untuk generasi mendatang.
Sebelumnya, Menteri Fadli Zon juga bertemu dengan Wakil Menteri Pendidikan, Kebudayaan, dan Ilmu Pengetahuan Belanda, Barbera Wolfensberger, pada 5 Desember 2024. Diskusi ini menegaskan hubungan kebudayaan yang erat antara kedua negara. Komitmen mereka untuk melindungi warisan budaya bersama telah diwujudkan melalui berbagai kesepakatan dan dokumen penyerahan objek budaya yang ditandatangani sejak 2023. Di antaranya adalah pengembalian Arca Singasari, Harta Lombok, serta artefak dari Perang Puputan Badung dan Tabanan.
Total hingga saat ini, sebanyak 828 objek budaya telah direpatriasi dari Belanda ke Indonesia. Ini mencerminkan kerja sama bilateral yang tidak hanya berdasarkan niat baik tetapi juga semangat untuk melindungi sejarah bersama. Fadli Zon mengungkapkan bahwa komitmen ini merupakan bagian dari prioritas besar pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto untuk melestarikan dan mempromosikan keberagaman budaya yang luar biasa kaya. Melalui Nota Kesepahaman 2017, upaya pelestarian ini terus diperkuat, termasuk pendidikan dan pertukaran budaya yang mempererat hubungan kedua negara.
Lebih jauh, Menteri Fadli Zon menegaskan bahwa pengembalian ini adalah bentuk keadilan budaya yang layak dirayakan. Langkah ini menunjukkan bagaimana kemitraan budaya bisa menjadi model bagi kerja sama internasional. Ia juga menyoroti pentingnya objek-objek ini untuk menginspirasi dan mendidik generasi mendatang. Bagi Indonesia, benda-benda tersebut tidak hanya sekadar artefak, melainkan simbol ketahanan dan identitas bangsa yang menjembatani masa lalu dengan masa kini.
Sebagai langkah lanjut, Fadli Zon mengusulkan pembentukan satuan tugas bersama untuk menangani repatriasi secara komprehensif, termasuk pelestarian, penelitian asal-usul, logistik, dan pameran. Harapan ini mencerminkan visi besar untuk memperdalam kerja sama di masa depan, tidak hanya dengan Belanda tetapi juga dengan negara lain. Melalui semangat saling menghormati, Indonesia terus memperjuangkan keadilan budaya dan pengakuan terhadap warisan sejarahnya di panggung global.