Konflik di Timur Tengah kembali memanas setelah serangan drone Iran ke Israel sebagai respons atas penghancuran Konsulat Iran di Damaskus oleh Israel. Dampaknya tidak hanya memicu ketegangan regional, tetapi juga berpotensi mempengaruhi perekonomian global serta menimbulkan risiko makroekonomi bagi Indonesia.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengadakan rapat terbatas dengan para pemangku kepentingan terkait untuk mengantisipasi dampak eskalasi konflik ini. Langkah-langkah antisipatif akan disiapkan guna menjaga kepercayaan pasar mengingat potensi kenaikan harga komoditas seperti minyak dan emas sebagai safe haven, serta gangguan pada rantai pasokan melalui Terusan Suez yang akan meningkatkan biaya kargo.
Meskipun perekonomian Indonesia masih relatif kuat dengan pertumbuhan di atas 5 persen dan inflasi terkendali, pemerintah tetap berkomitmen untuk mengambil kebijakan strategis guna meminimalisir dampak lebih lanjut. Hal ini termasuk respons terhadap dampak konflik di tingkat regional dan global, kinerja sektor perbankan dan pasar modal, serta pengendalian inflasi.
Pemerintah juga akan berkoordinasi dengan otoritas terkait untuk merumuskan strategi pengendalian nilai tukar dan mengelola defisit anggaran ke depan. Di tengah situasi yang tidak pasti, pemerintah mengimbau para pelaku pasar untuk tetap tenang dan tidak mengambil langkah spekulatif, sambil menekankan bahwa respons kebijakan yang terukur akan membantu mengurangi dampak eskalasi konflik global.