Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI), yang juga dikenal sebagai Indonesia Eximbank, terus mengukuhkan tekadnya untuk menciptakan lingkungan ekspor yang berkelanjutan guna memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian nasional.
Dalam upaya untuk mendukung ekosistem ekspor yang berkelanjutan, LPEI bekerja sama dengan Kementerian Keuangan, Bea Cukai, Direktorat Jenderal Pajak, dan Dinas Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah Provinsi Jawa Timur untuk memberikan pendampingan kepada 139 perajin perempuan binaan Al-Warits dari 11 desa di Kabupaten Bangkalan, Pamekasan, dan Sumenep.
Melalui pendampingan ini, salah satu tindakan konkret yang dilakukan adalah memberikan bimbingan kepada perajin batik aromaterapi, yang merupakan produk khas dari Madura.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor kain/bahan pakaian Indonesia pada tahun 2023 mencapai USD473,31 juta, dengan lima negara tujuan utama ekspor antara lain Jepang, Vietnam, India, Amerika Serikat, dan Korea Selatan. Selain itu, ekspor batik Indonesia mencapai USD17,45 juta pada tahun yang sama, dengan Amerika Serikat menjadi tujuan utama ekspor, diikuti oleh Jerman, Singapura, Malaysia, dan Kanada.
Batik aromaterapi, yang merupakan inovasi unik, telah menjadi produk yang menonjol dari Al-Warits. Melalui bantuan LPEI dan Kementerian Keuangan, perajin batik aromaterapi telah menerima pelatihan dan pendampingan yang luas untuk memperkuat kapasitas produksi dan manajemen perusahaan mereka.
Program Desa Devisa yang dicanangkan oleh LPEI bertujuan untuk memberikan pendampingan komprehensif kepada perajin batik dalam upaya membuka potensi ekspor produk unggulan daerah. Pendampingan ini telah berhasil mendorong ekspor produk batik aromaterapi ke beberapa negara seperti Amerika Serikat, Malaysia, Singapura, Korea, dan Jepang.
Dengan upaya berkelanjutan seperti ini, LPEI memastikan bahwa ekosistem ekspor terus berkembang, memberikan manfaat yang nyata bagi para perajin batik, dan pada akhirnya, menciptakan kesejahteraan bagi mereka.
