Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melalui Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) terus berusaha mengurangi emisi dan polusi yang dihasilkan oleh penggunaan kendaraan pribadi yang tinggi. Hananto Prakoso, Plt Sekretaris BPTJ, menjelaskan bahwa salah satu langkahnya adalah dengan mengembangkan rute angkutan umum berbasis jalan seperti JRC, feeder LRT Jabodebek, dan Transjabodetabek, serta mendorong penggunaan energi baru terbarukan berbasis listrik.
Hananto menyoroti potensi besar pasar angkutan umum di Jabodetabek, dengan lebih dari 75 juta pergerakan, namun hanya 20 persen yang dilayani oleh angkutan umum massal. Dia menekankan perlunya pengembangan layanan bus listrik untuk meningkatkan cakupan dan mobilitas dari dan ke wilayah Bodetabek.
Untuk mendukung program akselerasi ini, BPTJ sedang membangun kolaborasi dengan pihak terkait seperti perbankan, pengembang, dan Kementerian/Lembaga terkait. Ini dilakukan untuk memastikan ketersediaan angkutan umum berbasis listrik yang nyaman dan berkelanjutan.
Hendra Iswahyudi dari Kementerian ESDM menekankan pentingnya sektor transportasi dalam menghemat energi, dengan potensi penghematan hingga 15-35 persen dengan implementasi angkutan umum berbasis listrik. Dia juga mengapresiasi langkah-langkah yang telah diambil dalam mengoperasikan armada bus listrik di wilayah Jabodetabek.
Dendi Ramdani dari Bank Mandiri menyoroti potensi pembiayaan perbankan untuk angkutan umum berbasis listrik, meskipun dengan risiko tertentu. Dia menegaskan perlunya konsistensi dan kolaborasi antara pemerintah pusat, daerah, operator bus, perbankan, dan pemangku kepentingan lainnya untuk keberhasilan penerapan angkutan umum berbasis listrik.
Dalam membangun infrastruktur dan kebijakan yang mendukung elektrifikasi angkutan umum, langkah-langkah komprehensif dan pembelajaran bersama dianggap kunci untuk kesuksesan masa depan.