Festival Tunas Bahasa Ibu: Momentum Kebangkitan dan Revitalisasi Bahasa Jawa

Festival Tunas Bahasa Ibu 2024: Menjaga Kehidupan Bahasa Jawa di Era Modern

Bahasa Jawa, sebagai salah satu warisan budaya Indonesia, kembali mendapatkan perhatian utama dalam Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) 2024 yang digelar di Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949, Museum Benteng Vredeburg, Yogyakarta. Acara ini mengusung tema Ngundhuh Wohing Basa Jawa, yang dapat diartikan sebagai ‘memetik hasil dari bahasa Jawa’. Festival ini dihadiri oleh lebih dari 1.200 peserta dari berbagai kalangan yang mendukung program Revitalisasi Bahasa Daerah (RBD).

Tema festival ini menyuarakan pentingnya bahasa daerah, khususnya bahasa Jawa, sebagai pilar yang memperkuat karakter bangsa, mempererat nasionalisme, dan melestarikan identitas budaya di tengah derasnya arus modernisasi. Dengan adanya acara ini, diharapkan bahasa Jawa tetap terjaga dan dilestarikan, baik di tingkat lokal maupun nasional.

Menurut Hafidz Muksin, Sekretaris Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, revitalisasi bahasa daerah tidak hanya dilakukan lewat cara konvensional, tetapi juga dengan pendekatan yang menyenangkan. Salah satunya adalah dengan mengadakan lomba dan permainan edukatif untuk generasi muda, sehingga mereka tidak hanya mengenal bahasa daerah, tetapi juga merasa bangga menggunakannya. Ini adalah langkah penting agar bahasa daerah bisa terus hidup, berkembang, dan tidak tergerus oleh bahasa asing atau budaya luar.

Lebih lanjut, Hafidz juga menegaskan bahwa gerakan ini selaras dengan inisiatif nasional Bangga, Mahir, dan Maju dengan Bahasa Indonesia, yang bertujuan memperkuat kedudukan bahasa Indonesia tanpa melupakan peran vital bahasa daerah. Harmoni antara bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing menjadi kunci penting bagi Indonesia yang maju dan berdaya saing tinggi. Bahasa daerah seperti Jawa, menurutnya, harus tetap dipertahankan sebagai bagian dari identitas bangsa.

Beny Suharsono, Sekretaris Daerah DIY, juga menegaskan bahwa FTBI 2024 adalah simbol nyata dari komitmen bersama untuk melestarikan bahasa Jawa sebagai identitas budaya yang tak tergantikan. Bahasa Jawa bukan sekadar alat komunikasi, tetapi juga sarana untuk menghidupkan nilai-nilai luhur masyarakat Yogyakarta. Oleh karena itu, program-program seperti FTBI diharapkan memberikan dampak jangka panjang dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, menciptakan kesadaran kolektif untuk menjaga kelestarian bahasa ini.

Pentingnya kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dan sektor pendidikan juga disoroti. Teknologi dan inovasi, menurut Beny, harus dimanfaatkan untuk mengenalkan bahasa Jawa kepada generasi muda agar bahasa ini tetap relevan di era digital. Pemerintah Daerah DIY telah mengeluarkan regulasi seperti Peraturan Daerah DIY Nomor 2 Tahun 2021 dan Peraturan Gubernur DIY Nomor 43 Tahun 2023 sebagai landasan bagi program-program pelestarian bahasa Jawa, termasuk pelatihan bagi guru, penyusunan modul pembelajaran, hingga acara seperti FTBI.

FTBI 2024 bukan hanya sekadar festival budaya, tetapi juga sebuah simbol komitmen kolektif untuk memastikan bahwa bahasa Jawa tetap hidup dan berkembang. Melalui pendidikan, inovasi, dan kesadaran masyarakat, bahasa Jawa dapat terus diwariskan kepada generasi mendatang sebagai warisan budaya yang tak ternilai. Dalam menghadapi tantangan globalisasi, upaya ini menjadi sangat relevan, mengingat pentingnya menjaga kekayaan budaya lokal agar tetap lestari di tengah gempuran modernisasi dan globalisasi.

Share this post :

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Create a new perspective on life

Your Ads Here (365 x 270 area)
Latest News
Categories

Subscribe our newsletter

Purus ut praesent facilisi dictumst sollicitudin cubilia ridiculus.

Home
Search
Explore
Menu
×