Kerusakan lingkungan tidak hanya disebabkan oleh aspek teknis semata, tetapi juga dipengaruhi oleh perilaku manusia. Dengan meningkatnya jumlah populasi, kebutuhan, dan kemajuan teknologi, tingkat ekstraksi dan pembuangan limbah juga meningkat.
Menurut Ketua Lembaga Pemulihan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam – Majelis Ulama Indonesia (LPLH & SDA MUI), Hayu Prabowo, krisis iklim dan lingkungan dipengaruhi oleh faktor ekonomi, sosial, budaya, serta nilai dan sikap sosial. Oleh karena itu, moral dan etika memainkan peran penting dalam penanggulangan masalah tersebut.
MUI telah mengeluarkan serangkaian fatwa terkait lingkungan hidup dan sumber daya alam sebagai upaya dalam menghadapi perubahan iklim dan menjaga stabilitas sosial dan ekonomi masyarakat.
Salah satu kontribusi umat Muslim yang disarankan oleh pihak LPH dan SDA MUI adalah melalui konsep wakaf hijau, yang merupakan wakaf yang digunakan untuk kegiatan pelestarian lingkungan. Hal ini termasuk investasi berkelanjutan seperti menyediakan panel surya untuk sekolah dan masjid, atau menanam sayuran di sekitar masjid.
Pengembangan ilmu pengetahuan untuk pemulihan lingkungan juga bisa dilakukan melalui konsep Hutan Wakaf (HW), yang telah diterapkan di beberapa daerah di Indonesia. HW memberikan keseimbangan antara pembangunan dan perlindungan lingkungan dengan menanami lahan wakaf dengan tumbuhan yang berperan dalam pelestarian alam.
Melalui agenda ini, diharapkan aksi mitigasi dan adaptasi dapat diutamakan, dengan melibatkan sivitas akademik dan masyarakat beragama dalam mobilisasi aksi berbasis ilmu pengetahuan dan agama. Integrasi antara kedua komponen ini dianggap penting untuk mencapai dampak yang lebih luas dalam perlindungan lingkungan. Kegiatan ini merupakan langkah penting dalam mengintegrasikan pengetahuan ilmiah dengan nilai-nilai spiritual untuk perlindungan lingkungan.
