Di tengah meningkatnya perhatian dunia terhadap isu keberlanjutan dan legalitas yang ditekankan oleh kebijakan Uni Eropa dan Inggris, seperti European Union Deforestation Regulation (EUDR) dan UK Timber Regulations, KBRI London mengambil langkah strategis. Pada 8 Januari, KBRI London menginisiasi dialog dengan pelaku industri kayu Inggris sebagai upaya untuk mendorong ekspor kayu Indonesia ke pasar Inggris. Langkah ini menunjukkan komitmen Indonesia dalam membuktikan bahwa produk kayunya tidak hanya unggul dalam kualitas, tetapi juga memenuhi standar keberlanjutan global.
Duta Besar RI untuk Inggris, Irlandia, dan IMO, Desra Percaya, membuka dialog dengan menyoroti stigma negatif yang masih melekat pada kayu Indonesia. Ia menekankan bahwa meskipun kayu Indonesia terkenal akan keindahan, daya tahan, dan kualitasnya, masih ada anggapan bahwa produk tersebut berkontribusi pada deforestasi. Padahal, Indonesia telah menerapkan berbagai inisiatif, seperti Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) dan Pengelolaan Hutan Berkelanjutan, untuk memastikan bahwa produk kayunya memenuhi kriteria keberlanjutan di Inggris dan negara-negara Eropa lainnya. Tantangan ini, menurut Desra, harus dihadapi dengan kampanye aktif untuk mengubah persepsi pasar global.
Dalam forum tersebut, para pelaku industri Inggris mengapresiasi kualitas kayu Indonesia. Chairman Timber Development UK, Chris Sutton, yang telah bermitra dengan Indonesia selama lebih dari 40 tahun, menyatakan kepuasannya terhadap produk kayu Indonesia. Baginya, kualitas kayu Indonesia tak pernah mengecewakan. Sementara itu, Managing Director EFECA, Emily Fripp, mengungkapkan bahwa meski kebijakan UK Forest Risk Commodities masih dalam tahap pembahasan, ia optimistis bahwa kebijakan tersebut tidak akan memberikan dampak signifikan pada produk kayu asal Indonesia. Pernyataan ini memberikan angin segar bagi pelaku usaha kayu di Indonesia untuk terus memperluas pasar di Inggris.
CEO Timber Development UK, David Hopkins, juga menyoroti pentingnya kampanye aktif mengenai kualitas kayu Indonesia. Menurutnya, forum diskusi seperti ini adalah langkah yang sangat efektif untuk memperkenalkan keunggulan produk kayu Indonesia kepada pasar global, khususnya di Inggris. Inisiatif semacam ini diharapkan dapat memperkuat posisi kayu Indonesia sebagai salah satu produk utama di sektor konstruksi dan industri.
Sebagai bentuk peningkatan transparansi dan keterlacakan, SVLK Indonesia telah diperbarui pada Desember 2022 dengan memanfaatkan teknologi informasi dan geolokasi. Sistem ini bahkan telah diakui oleh Uni Eropa, sehingga produk kayu Indonesia tidak memerlukan prosedur tambahan seperti due diligence. Langkah ini menjadi bukti nyata bahwa Indonesia serius dalam memastikan produknya memenuhi standar internasional.
Meski ekspor kayu Indonesia ke Inggris menunjukkan tren positif selama lima tahun terakhir dengan pertumbuhan sebesar 0,45%, pangsa pasar produk kayu Indonesia masih relatif kecil dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Tiongkok, Swedia, dan Finlandia. Namun, peluang besar terbuka lebar. Komitmen pemerintah Inggris untuk meningkatkan penggunaan kayu dalam konstruksi serta prediksi Bank Dunia mengenai lonjakan permintaan global hingga empat kali lipat pada 2050 menjadi angin segar bagi kayu Indonesia.
Dialog ini bukan hanya soal diplomasi ekonomi, tetapi juga upaya strategis untuk memanfaatkan momentum global dalam mendukung keberlanjutan. Dengan kerja sama yang erat antara pemerintah dan pelaku industri, kayu Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemain utama di pasar internasional, sekaligus menjadi bukti bahwa keberlanjutan dan kualitas bisa berjalan seiring.