Usulan Badan Standardisasi Nasional (BSN) mengenai standar internasional ISO 22328-2:2024, berjudul Security and Resilience — Emergency Management — Part 2: Guidelines for the Implementation of a Community-Based Early Warning System for Landslides, kini resmi dipublikasikan oleh International Organization for Standardization (ISO). Keberhasilan ini adalah bukti kontribusi Indonesia dalam menciptakan pedoman global untuk mitigasi bencana, khususnya tanah longsor, yang sangat relevan mengingat tingginya potensi bencana di Indonesia. Langkah ini juga memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat rujukan dalam pengelolaan kebencanaan dunia.
Deputi Pengembangan Standar BSN, Hendro Kusumo, mengungkapkan rasa bangga dan apresiasinya kepada seluruh pihak yang telah bekerja keras. Menurut Hendro, keberhasilan ini adalah hasil kolaborasi erat para pemangku kepentingan di Indonesia yang berdedikasi dalam upaya pengurangan risiko bencana di kancah internasional. “Inisiatif mengangkat standar lokal ke tingkat internasional ini dilandasi oleh penerapan SNI 8235:2017 tentang sistem peringatan dini tanah longsor yang terbukti efektif dan diakui. Dengan transformasi menjadi standar ISO, manfaatnya diharapkan dapat lebih luas dan berdampak global,” kata Hendro.
SNI 8235:2017 sendiri awalnya difokuskan pada penyeragaman sistem peringatan dini di daerah rawan tanah longsor di Indonesia. Namun, dengan World Risk Report 2023 yang menempatkan Indonesia sebagai negara kedua paling rawan bencana di dunia, perluasan standar ini ke level internasional dianggap krusial. Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan bahwa dalam periode Januari hingga Juli 2024 saja, terdapat 788 kejadian bencana, dengan tanah longsor dan banjir mendominasi. Hal ini semakin menguatkan urgensi standar mitigasi bencana yang efektif dan seragam, tak hanya untuk Indonesia tetapi untuk wilayah lain yang menghadapi tantangan serupa.
Pencapaian Indonesia di forum ISO ini tak lepas dari sinergi BSN dengan BNPB, pakar dari Universitas Gadjah Mada (UGM), dan Komite Teknis 13-08 Penanggulangan Bencana, yang bekerja sama erat dengan ISO/TC 292 (Security and Resilience). Ketua ISO/TC 292/SC 1, Prof. Rhainer Koch dari Jerman, menyampaikan bahwa usulan standar dari Indonesia ini mendapat penerimaan positif dari komunitas internasional karena dianggap sebagai contoh praktik yang baik. Hal ini menunjukkan bahwa inisiatif Indonesia dalam bidang pengelolaan bencana tak hanya relevan secara nasional tetapi juga inspiratif di level global.
Selain ISO 22328-2:2024, Indonesia kini juga telah mengajukan dua rancangan standar internasional lainnya: ISO/NP 22328-4 untuk sistem peringatan dini berbasis komunitas terhadap banjir dan ISO/NP 22328-5 untuk letusan gunung berapi. Usulan ini, yang digagas oleh pakar UGM Prof. Faisal Fathani dan Prof. Wahyu Wilopo, telah disetujui dalam sidang ISO/TC 292/SC 1 dan kini memasuki tahap balloting NP (New Proposal), dengan dukungan penuh dari negara-negara seperti India, Jepang, dan Amerika Serikat.
Pengakuan internasional ini menunjukkan posisi strategis Indonesia dalam pengembangan standar mitigasi bencana. Dengan penerapan standar ini secara global, diharapkan dapat membantu banyak negara untuk mengurangi risiko serta dampak bencana secara signifikan, sehingga semakin banyak komunitas yang siap menghadapi tantangan alam. “Pencapaian ini tidak hanya untuk Indonesia, tetapi untuk keselamatan dan ketahanan masyarakat di seluruh dunia,” ujar Hendro.