Industri parfum di Indonesia sedang mengalami pertumbuhan pesat, dengan merek lokal mampu bersaing di pasar global. Minyak nilam Indonesia menjadi kunci kesuksesan, menjadikan Indonesia pusat industri parfum dunia.
Pengguna parfum tidak lagi melihatnya hanya sebagai pengharum, tetapi sebagai simbol gaya hidup. Karena itu, pecinta parfum bersedia mengeluarkan uang lebih demi produk yang diinginkan. Harga parfum impor bisa mencapai jutaan rupiah per botol kecil, menunjukkan nilai signifikan dari pasar ini.
Pasar parfum global, termasuk di Indonesia, terus tumbuh setiap tahunnya, mencapai nilai triliunan rupiah. Meskipun sebelumnya didominasi oleh merek asing, beberapa merek parfum lokal mulai menarik perhatian konsumen sejak 2016 dengan inovasi unik dan kualitas yang sebanding dengan merek impor.
Contoh merek lokal seperti HMNS, Carl & Claire, dan Oullu telah sukses tidak hanya di pasar lokal tetapi juga internasional, menunjukkan potensi besar industri parfum Indonesia. Hal ini tercermin dari kontribusi industri kosmetik, termasuk parfum, yang mencapai 3,83 persen pada kuartal pertama 2023.
Dukungan bahan baku juga menjadi faktor penting. Sebagian besar bahan baku parfum global, yaitu minyak nilam, berasal dari Indonesia. Minyak nilam sangat diperlukan dalam industri parfum karena fungsinya sebagai pengikat aroma wangi. Kebutuhan akan minyak nilam mencapai 2.000 ton per tahun, diekspor ke Eropa, Amerika, dan Timur Tengah.
Di Aceh, Sumatera Utara, dan Sulawesi, tanaman nilam tumbuh subur. Minyak nilam Aceh khususnya dikenal di pasar global karena aroma khasnya dan kualitas tinggi. Inisiatif dari peneliti di Atsiri Research Center Universitas Syiah Kuala telah mendukung transformasi industri nilam Aceh dengan menghasilkan berbagai produk turunan, termasuk parfum dan produk perawatan kulit.
Dengan pendekatan inovasi, riset, teknologi, dan harga yang terjangkau, industri parfum Indonesia memiliki potensi besar untuk menggerakkan perekonomian lokal dan nasional, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.