Perubahan iklim dan pemanasan global kini menjadi ancaman serius bagi keberadaan pulau-pulau kecil. Selain terancam tenggelam, pulau-pulau ini juga kesulitan mendapatkan akses air bersih. Menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa, Indonesia memiliki 13.466 pulau kecil. Sebagian besar dari pulau-pulau tersebut, sebagaimana data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), masih kosong, tidak berpenghuni, dan bahkan belum memiliki nama.
Namun, pulau-pulau kecil yang berpenghuni menghadapi sejumlah kendala besar. Selain akses transportasi yang sulit, masalah yang paling sering dihadapi adalah sulitnya mendapatkan air bersih. Kalaupun ada air bersih, kualitasnya jauh dari standar dan warga harus berusaha keras untuk mendapatkannya.
Sebagai contoh, warga Desa Talabi di Halmahera Selatan harus mengayuh perahu sejauh 500 meter ke Pulau Wiring untuk mendapatkan air bersih. Air yang diperoleh pun rasanya tidak sesegar air pegunungan.
Kesulitan serupa juga dialami oleh penduduk di pulau-pulau kecil lainnya di seluruh dunia, termasuk di negara kepulauan kecil seperti Fiji. Masalah ini menunjukkan betapa pentingnya upaya untuk menemukan solusi global terhadap krisis air bersih.
Secara global, merujuk data dari laman earth.org, setidaknya 703 juta orang kekurangan akses air bersih. Lebih dari 2 miliar orang bahkan tidak memiliki akses ke layanan air minum yang sehat. Yang lebih mengkhawatirkan, pada tahun 2030, dengan adanya skenario perubahan iklim, hampir separuh populasi dunia diperkirakan akan tinggal di daerah dengan tingkat kesulitan air yang tinggi. Kelangkaan air di daerah kering dan semi-kering diperkirakan akan membuat 24 juta hingga 700 juta orang terpaksa mengungsi.
Melihat ancaman ini, hampir semua negara berupaya mencari solusi. Dalam World Water Forum (WWF) ke-10 yang berlangsung di Bali pada 18-25 Mei 2024, akses air bersih untuk warga di pulau-pulau kecil menjadi salah satu agenda penting. Perwakilan dari 132 negara sepakat untuk menetapkan program pengelolaan air terpadu bagi negara kepulauan. Dalam deklarasi tersebut, diharapkan program-program ketahanan air dapat ditingkatkan untuk menjawab tantangan perubahan iklim dan ketahanan air di pulau-pulau kecil di dunia.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menegaskan bahwa sebagian besar negara kepulauan kecil menghadapi masalah serupa, seperti keterbatasan sumber daya, urbanisasi, pertanian, keterpencilan, dan kerentanan terhadap bencana alam. Di negara-negara kepulauan kecil yang sedang berkembang, tantangan ini diperparah oleh kurangnya sumber daya keuangan dan kapasitas teknis, mengganggu implementasi rencana ketahanan iklim.
Indonesia sendiri telah mengambil langkah konkret untuk mengatasi masalah ini. Misalnya, di Kepulauan Talaud, dari tahun 2015-2023, pemerintah telah menginvestasikan Rp52 miliar untuk peningkatan infrastruktur air minum dan Rp30,2 miliar untuk infrastruktur sanitasi. Salah satu proyek yang dilakukan adalah pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di Ibu Kota Kecamatan (IKK) Mangarang, Sulawesi Utara pada tahun 2016, serta pengembangan dan optimalisasi SPAM di kawasan Melonguane dan Beo.
Dalam ikhtisar Tindakan konkret Deklarasi Menteri WWF ke-10, Indonesia menyampaikan langkah-langkah untuk penyediaan akses air minum di pulau-pulau kecil. Proyek-proyek ini meliputi pembangunan waduk, pipa transmisi, dan sumur air tanah. Selain itu, Indonesia juga mendorong proyek desalinasi atau penyulingan air asin di pulau-pulau kecil. Anggaran yang akan dikucurkan untuk proyek-proyek ini mencapai US$6,196 juta.
Menangani krisis air bersih di pulau-pulau kecil memerlukan kolaborasi global dan inovasi. Proyek-proyek yang telah dilakukan oleh Indonesia menunjukkan bahwa dengan komitmen dan investasi yang tepat, tantangan ini dapat diatasi. Namun, keberhasilan jangka panjang memerlukan dukungan dari komunitas internasional, serta penerapan teknologi inovatif seperti desalinasi dan sistem pengelolaan air terpadu.
Dengan perubahan iklim yang semakin nyata, tindakan segera dan terkoordinasi sangat penting. Jika tidak, jutaan orang di pulau-pulau kecil di seluruh dunia akan terus menghadapi krisis air yang dapat mengancam keberlangsungan hidup mereka.