Sebagai negara dengan geografi beragam, mulai dari pesisir panjang, perbukitan, gunung berapi aktif, hingga hutan tropis dan perairan luas, Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang sangat besar. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa kapasitas terpasang pembangkit listrik di Indonesia mencapai 66.514,31 megawatt (MW) pada 2021. Namun, 66 persen dari total tersebut atau sekitar 33.092 MW masih berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbahan bakar batu bara, menjadikannya sumber listrik utama di Tanah Air.
Transisi Energi: Dari PLTU ke Energi Terbarukan
Sejalan dengan komitmen Indonesia untuk mencapai nol emisi karbon pada 2060, penggunaan PLTU harus dikurangi secara bertahap. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus mendorong bauran energi, yakni dengan meningkatkan kontribusi Energi Baru Terbarukan (EBT) seperti gas bumi, panas bumi, air, angin, tenaga surya, hingga nuklir. Salah satu fokus terbaru pemerintah adalah energi angin atau tenaga bayu sebagai solusi untuk menggantikan ketergantungan pada batu bara.
Sulawesi Selatan: Pusat Pertumbuhan Energi Bayu
Hasil studi menunjukkan bahwa wilayah timur Indonesia, seperti Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Sulawesi Selatan, memiliki kecepatan angin yang ideal untuk menghasilkan listrik. Di NTT, angin bertiup dengan kecepatan rata-rata 6,1 meter per detik (m/s), sementara di Sidrap dan Jeneponto di Sulawesi Selatan, kecepatan angin masing-masing mencapai 6,43 m/s dan 7,96 m/s.
Karena Sulawesi Selatan terus berkembang sebagai wilayah industri tetapi sering mengalami defisit listrik, pemerintah melihat potensi besar untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di Sidrap dan Jeneponto.
- PLTB Sidrap: Dibangun di atas lahan seluas 100 hektare di Desa Mattirotasi, Sidrap, PLTB ini menghasilkan daya 75 MW dari 30 turbin setinggi 80 meter dengan baling-baling sepanjang 57 meter. Energi listrik yang dihasilkan didistribusikan ke wilayah Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tengah.
- PLTB Tolo, Jeneponto: Berkapasitas 72 MW, PLTB ini menggunakan 20 turbin Siemens SWT-3.6-130 dengan masing-masing berkapasitas 6,3 MW. Menara setinggi 135 meter dan baling-baling sepanjang 63 meter ini terkoneksi dengan jaringan transmisi 150 KV, memastikan pasokan listrik bagi wilayah sekitar.
Rencana Besar Pemerintah: Tambah Kapasitas hingga 5 GW
Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE), Eniya Listiani Dewi, menegaskan bahwa pemerintah bersama PT PLN sedang merumuskan Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2035 dan Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN). Targetnya, kapasitas terpasang PLTB akan bertambah hingga 5 gigawatt (GW) pada 2030.
“Kita sudah tahu langkahnya—target 5 GW hingga 2030,” ungkap Eniya dalam acara ‘Penguatan Pengembangan Energi Angin di Indonesia’ di Jakarta. Ia juga menambahkan bahwa untuk mencapai target tersebut, kolaborasi internasional sangat diperlukan.
Kolaborasi dan Investasi Internasional untuk Kembangkan PLTB
Salah satu bentuk kolaborasi yang diapresiasi Eniya adalah kerjasama antara Kementerian ESDM dengan Energy Transition Partnership (ETP-UNOPS) dalam menyusun serangkaian studi teknis untuk mengembangkan PLTB di Indonesia. Hasil studi tersebut mengidentifikasi delapan lokasi potensial untuk PLTB, di antaranya:
- Aceh Besar (Aceh)
- Dairi dan Padang Lawas Utara-Tapanuli Selatan (Sumatra Utara)
- Gunung Kidul (DIY)
- Ponorogo, Kediri, dan Probolinggo-Lumajang (Jawa Timur)
- Ciracap-Sukabumi (Jawa Barat)
Eniya juga menekankan bahwa PLTB bisa menjadi daya tarik wisata, seperti yang dilakukan beberapa negara di Eropa, khususnya Belanda. Wilayah-wilayah dengan potensi angin besar di Indonesia, seperti Maluku, Nusa Tenggara, Kalimantan Selatan, dan Jawa Timur, memiliki peluang untuk mengembangkan pariwisata berbasis energi terbarukan.
Tantangan dan Peluang Menuju 37 GW pada 2060
Meski potensi energi angin Indonesia mencapai 154,6 GW (dengan 60,4 GW onshore dan 94,2 GW offshore), hingga 2024, pemanfaatannya baru mencapai 152,3 MW. Hal ini menunjukkan masih banyak ruang untuk berkembang. Pemerintah menargetkan kapasitas PLTB mencapai 37 GW pada 2060. Namun, untuk mencapai target ambisius tersebut, investasi yang berkelanjutan dan transfer teknologi sangat dibutuhkan.
Energi Bayu: Penggerak Ekonomi Lokal dan Nasional
Selain menyediakan listrik, keberadaan PLTB di daerah-daerah seperti Sidrap juga mendorong pertumbuhan sosial ekonomi. Pada 2023, Pemkab Sidrap bahkan telah mengembangkan wisata kincir angin di sekitar lahan PLTB untuk menarik wisatawan lokal dan mancanegara. Hal ini menjadi contoh bagaimana energi terbarukan bisa berdampak positif pada pariwisata dan ekonomi setempat.
Energi Angin dan Masa Depan Indonesia
Dengan segala potensi dan infrastruktur yang sedang dibangun, Indonesia berada di jalur yang tepat untuk menjadi pusat energi terbarukan di Asia Tenggara. Pemerintah tidak hanya berfokus pada pembangunan infrastruktur, tetapi juga mengembangkan sport tourism dan ekowisata melalui pemanfaatan energi terbarukan seperti PLTB.
Kombinasi antara sumber daya alam yang melimpah dan kerja sama internasional akan menjadi kunci sukses Indonesia dalam mencapai target nol emisi karbon pada 2060. Energi bayu bukan hanya solusi energi ramah lingkungan, tetapi juga alat transformasi ekonomi yang membuka peluang bagi sektor wisata dan industri masa depan.
Dengan langkah-langkah yang tepat dan kolaborasi lintas sektor, Indonesia dapat memanfaatkan potensi energi anginnya secara optimal, menjadikan energi terbarukan sebagai tulang punggung pembangunan nasional dan menciptakan masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan.