Mengenal Museum Wayang Indonesia, Salah Satu Destinasi Yang Wajib Di Kunjungi

Jakarta tidak hanya dikenal sebagai pusat bisnis, tetapi juga rumah bagi 89 museum menarik, salah satunya adalah Museum Wayang yang terletak di kawasan Kota Tua. Museum ini menampilkan lebih dari 6.800 koleksi wayang dari seluruh Nusantara, yang merupakan bagian dari warisan budaya Indonesia yang diakui oleh UNESCO. Ayo kunjungi Museum Wayang dan temukan kekayaan sejarah dan budaya yang menakjubkan!

Jakarta, kota yang akan segera melepaskan statusnya sebagai pusat pemerintahan Indonesia, memiliki banyak museum yang menarik untuk dikunjungi. Menurut data dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jakarta, hingga tahun 2022, ada 89 museum yang berdiri di kota ini. Salah satunya adalah Museum Wayang yang beralamat di Jl. Pintu Besar Utara nomor 27, Kelurahan Pinangsia, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat.

Museum ini berlokasi di sekitar kawasan Kota Tua, tepatnya di sayap timur dari gedung Museum Sejarah Jakarta atau yang dikenal sebagai Museum Fatahillah. Seperti namanya, Museum Wayang memamerkan ribuan koleksi wayang, salah satu warisan budaya takbenda Indonesia yang diakui oleh UNESCO pada 7 November 2003. Koleksinya mencakup wayang kulit, wayang klitik, wayang kaca, wayang boger, wayang golek, wayang kardus, wayang rumput, wayang janur, wayang beber, berbagai topeng dan boneka, serta perangkat gamelan. “Total koleksinya mencapai 6.800 buah,” kata pemandu Museum Wayang, Irfan Yulianda seperti dikutip Antara.

Koleksi wayang tersimpan rapi di dalam ratusan lemari kaca dengan pencahayaan yang sangat baik. Wayang-wayang ini berasal dari seluruh Nusantara, termasuk wayang kulit Palembang, wayang kulit Banjar dari Banjarmasin, dan wayang kulit Bali yang berbalut kain poleng. Ada juga wayang kulit khas Sasak, suku asli Pulau Lombok, yang berbahan kulit kerbau.

Wayang kulit Sasak menampilkan kisah bernuansa Islam, terutama mengenai perjalanan paman Nabi Muhammad SAW. Wayang kulit Sasak ini telah dibuat sejak tahun 1955 dan mulai dikoleksi oleh Museum Wayang pada tahun 1976. Wayang Intan yang dibuat oleh Ki Guna Kerti Wanda pada tahun 1870 menjadi koleksi tertua dan berasal dari Muntilan, Jawa Tengah. Wayang Intan dibuat satu set dengan perangkat gamelan. Salah satu koleksi menarik lainnya adalah wayang Purwa dari Surakarta yang berada di lantai dua museum.

Selain wayang, Museum Wayang juga memiliki koleksi boneka dan ondel-ondel khas Betawi serta boneka Si Unyil, yang terkenal pada era 1980-an setelah pertama kali tayang pada 5 April 1981 di TVRI. Museum ini dibagi menjadi beberapa ruangan seperti Lorong Wayang Golek Sunda dan Betawi, Ruang Sumatra Utara yang menampilkan koleksi wayang dan boneka tradisional suku Batak. Ada juga ruang pertunjukan wayang yang menggelar pertunjukan secara berkala.

Koleksi mancanegara meliputi boneka tradisional dari Inggris, Polandia, Rusia, serta dari Malaysia, Thailand, Vietnam, Tiongkok, dan Suriname. Museum Wayang juga memiliki makam pendiri Batavia, Jan Pieterzoon Coen. Saat musim libur sekolah, museum ini menjadi salah satu tujuan wisata edukasi masyarakat, dengan lorong-lorongnya dipenuhi anak-anak yang berlarian gembira sambil menikmati koleksi wayang.

Untuk menambah daya tarik pengunjung, Museum Wayang sedang membangun wahana berteknologi imersif yang akan membuat dinding dan lantai ruangan dapat bergerak dan menampilkan koleksi dalam bentuk video mapping. Kepala Bidang Perlindungan Kebudayaan Dinas Kebudayaan Jakarta, Linda Enriany, menjelaskan bahwa wahana ini akan memudahkan pengunjung mendapatkan informasi mengenai wayang di Nusantara. “Tata pamernya kami tingkatkan menggunakan teknologi imersif, yang dimulai tahun ini dan akan dibuka tahun depan,” kata Linda.

Museum Wayang tidak hanya menampilkan koleksi ribuan wayang, tetapi juga menawarkan kelas pelatihan pembuatan wayang janur dengan biaya Rp15.000 per orang. Setiap minggu, ada pertunjukan wayang yang tidak dipungut biaya. Setiap hari, museum ini dikunjungi oleh hampir 500 orang, dan jumlah tersebut bisa meningkat menjadi 1.500 orang saat musim libur sekolah.

Museum Wayang buka setiap hari dari pukul 09.00 WIB hingga 15.00 WIB. Tarif masuknya sangat terjangkau, yaitu Rp5.000 untuk orang dewasa, Rp3.000 untuk mahasiswa, dan Rp2.000 untuk pelajar. Lokasinya mudah dijangkau dengan menggunakan KRL Commuterline, bus Transjakarta, atau kendaraan pribadi.

Seperti sebagian besar bangunan di kawasan Kota Tua, gedung Museum Wayang berusia lebih dari satu abad. Mengutip Edi Dimyati dalam “47 Museum Jakarta”, bangunan ini awalnya bernama De Oude Hollandsche Kerk atau Gereja Lama Belanda dan dibangun pada tahun 1640, lebih awal dari bangunan Museum Sejarah Jakarta yang didirikan pada tahun 1707.

Pada tahun 1732, bangunan ini direnovasi dan namanya diubah menjadi De Nieuwe Hollandsche Kerk (Gereja Baru Belanda). Namun, bangunan tersebut hancur akibat gempa bumi pada tahun 1808. Pada tahun 1912, sebuah perusahaan perkebunan Hindia Belanda, Geo Wehry & Co, membangun kembali bangunan ini dengan bantuan dua arsitek Belanda terkenal, Eduard Cuypers dan Marius Jan Hulswit. Mereka mendesain bangunan ini sebagai gudang penyimpanan rempah untuk diekspor, dengan gaya neo-renaissance.

Pada 14 Agustus 1936, bangunan ini diubah menjadi monumen sebelum dibeli oleh Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, lembaga yang didirikan untuk memajukan penelitian seni dan sains. Bangunan ini kemudian dijadikan museum dengan nama De Oude Bataviasche Museum atau Museum Batavia Lama yang diresmikan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda terakhir, Jonkheer Meester Aldius Warmoldu Lambertus Tjarda van Starkenborg Stachouwer pada 22 Desember 1939.

Pada tahun 1957, pengelolaannya diserahkan kepada Lembaga Kebudayaan Indonesia (LKI) dan berubah nama menjadi Museum Jakarta Lama. Pada 23 Juni 1968, pengelolaannya diserahkan kepada Pemerintah Jakarta dan digunakan sebagai kantor Museum dan Sejarah Jakarta.

Pada tahun 1970, bangunan ini digunakan sebagai kantor Wali Kota Jakarta Barat. Museum Wayang resmi dibuka pada 13 Agustus 1975 oleh Gubernur Jakarta, Ali Sadikin, yang terinspirasi oleh banyaknya ragam wayang di Indonesia. Ali Sadikin juga mencetuskan pendirian Museum Sejarah Jakarta, Museum Keramik, dan Museum Tekstil setelah Museum Wayang diresmikan.

Mengunjungi Museum Wayang adalah pengalaman yang tak hanya mendidik tetapi juga menghibur. Museum ini tidak hanya memamerkan ribuan wayang dari seluruh Nusantara, tetapi juga memperkenalkan pengunjung pada kekayaan budaya Indonesia yang diakui oleh dunia. Selain itu, museum ini juga menawarkan pengalaman interaktif dengan teknologi imersif, kelas pelatihan, dan pertunjukan wayang yang menarik.

Dengan biaya masuk yang terjangkau dan lokasi yang mudah dijangkau, Museum Wayang menjadi destinasi wisata edukatif yang cocok untuk semua kalangan. Upaya pemerintah dan pengelola museum dalam melestarikan dan mempromosikan budaya wayang patut diapresiasi dan didukung. Ini bukan hanya tentang melihat koleksi wayang, tetapi juga tentang menghargai sejarah, seni, dan warisan budaya Indonesia.

Selain itu, peningkatan fasilitas museum dengan teknologi modern menunjukkan komitmen untuk menjadikan museum ini lebih menarik dan informatif bagi pengunjung. Inovasi seperti ini dapat menjadi contoh bagi museum lain dalam meningkatkan daya tarik dan kualitas layanan mereka. Mari kita dukung dan apresiasi upaya pelestarian budaya dengan mengunjungi Museum Wayang dan mengenal lebih dekat warisan budaya Indonesia yang kaya dan beragam.

Share this post :

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Create a new perspective on life

Your Ads Here (365 x 270 area)
Latest News
Categories

Subscribe our newsletter

Purus ut praesent facilisi dictumst sollicitudin cubilia ridiculus.

Home
Search
Explore
Menu
×