Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) terus mendorong para profesor riset untuk meningkatkan kontribusinya dalam riset dan inovasi hingga ke tingkat global. Dalam kesempatan ini, BRIN menekankan pentingnya sinergi antara etika, integritas, dan tanggung jawab dalam dunia penelitian. Tugas para profesor riset bukan hanya menghasilkan inovasi, tetapi juga memastikan bahwa informasi yang disampaikan kepada publik didasarkan pada data ilmiah yang akurat dan terpercaya, yang pada gilirannya akan menjaga reputasi BRIN.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Wakil Kepala BRIN, Prof. Dr. Ir. Amarulla Octavian, dalam Sidang Terbuka Majelis Pengukuhan Profesor Riset BRIN di Auditorium BRIN pada Selasa, 19 November 2024.
Amarulla menegaskan bahwa profesor riset harus bisa menjadi teladan yang menjaga marwah dan integritas institusi. “Mereka harus selalu menyampaikan informasi yang valid dan akurat kepada publik berdasarkan data ilmiah yang sahih, sambil menjaga nama baik BRIN,” ungkap Amarulla dengan tegas.
Peran Ganda Profesor Riset
Amarulla juga mengingatkan bahwa tanggung jawab profesor riset tidak terbatas hanya pada menghasilkan inovasi berkualitas tinggi, tetapi juga pada peran mereka dalam membina periset muda. Profesor riset seharusnya menjadi mentor yang tidak hanya mengajarkan aspek teknis, tetapi juga mengembangkan karakter dan etika ilmiah para periset muda. Hal ini penting agar tercipta ekosistem riset yang kokoh dan berkelanjutan di masa depan.
Sebagai akselerator riset, Amarulla menekankan bahwa para profesor riset juga perlu memperluas jaringan kolaborasi, baik nasional maupun internasional. Kemitraan dengan berbagai pihak, baik di dalam maupun luar negeri, menurutnya sangat penting untuk mempercepat pengembangan ilmu pengetahuan yang relevan dengan kebutuhan masyarakat, serta memperkuat posisi Indonesia dalam lanskap riset global.
Riset yang Berdampak Langsung pada Masyarakat
Amarulla juga mengingatkan bahwa keberhasilan riset tidak hanya diukur berdasarkan kualitas akademik, tetapi juga dampaknya terhadap masyarakat. Ia mendorong para profesor riset untuk memastikan bahwa hasil penelitian mereka bisa memberikan solusi nyata bagi tantangan yang dihadapi bangsa, mulai dari isu lingkungan hingga pengembangan teknologi yang dapat memenuhi kebutuhan lokal.
Lebih lanjut, Amarulla memberikan apresiasi atas berbagai capaian yang telah diraih oleh para profesor riset BRIN di bidang yang sangat beragam, mulai dari nanoteknologi hingga pengelolaan sumber daya alam. Ia menekankan pentingnya penelitian lintas disiplin yang mengintegrasikan teknologi canggih, seperti kecerdasan buatan dan big data, untuk menghadapi dinamika global.
“Kita harus terus berinovasi dan memanfaatkan teknologi untuk memperkuat daya saing riset Indonesia di kancah internasional,” ujar Amarulla.
Peningkatan Kapasitas Riset dan Kolaborasi Global
Ke depan, kolaborasi antara profesor riset dan mitra luar negeri akan menjadi salah satu kunci untuk menciptakan solusi riset yang tidak hanya relevan dengan kebutuhan global, tetapi juga memberikan manfaat langsung bagi kemajuan bangsa. Dalam dunia riset yang semakin terhubung, peran internasionalisasi riset tidak bisa dipandang sebelah mata.
Sebagai bagian dari proses pengukuhan, lima kandidat profesor riset BRIN yang akan dikukuhkan, di antaranya adalah Muhamad Nasir, Sik Sumaedi, Yusuf, Nasrullah Armi, dan Atriyon Julzarika. Kehadiran mereka di Sidang Terbuka Majelis Pengukuhan ini juga dihadiri oleh berbagai pejabat BRIN, kementerian terkait, akademisi dari universitas, serta perhimpunan periset Indonesia, yang bersama-sama merayakan pencapaian tersebut.
Pentingnya kolaborasi dan pengembangan riset yang berkelanjutan harus didorong oleh sinergi yang kuat antara integritas ilmiah dan komitmen sosial. Melalui pendekatan yang lebih global dan kolaboratif, riset Indonesia bisa menghadapi tantangan dan berkontribusi lebih besar pada solusi masalah-masalah dunia. Profesor riset bukan hanya sebagai peneliti, tetapi sebagai pemimpin yang mampu mencetak generasi periset yang tidak hanya ahli dalam teknologi, tetapi juga memiliki etika ilmiah yang teguh.