Di antara lanskap yang memanjakan mata, hijaunya pepohonan, dan udara segar yang menyegarkan, Desa Walasigi berdiri sebagai penjaga kekayaan budaya yang tak ternilai. Tidak hanya sekadar destinasi wisata, desa ini adalah simbol harmoni antara tradisi, alam, dan masyarakat.
Nama “Walasigi” sendiri, yang berarti “rumah tinggi,” mencerminkan identitas unik desa ini. Setiap rumah panggung di Walasigi dibangun tanpa paku, sebuah filosofi yang menggambarkan pentingnya hubungan selaras antara manusia, alam, dan Sang Pencipta. Bukankah ini mengingatkan kita untuk selalu menjaga keseimbangan kehidupan?
Jejak Sejarah dan Warisan Leluhur
Sejarah Walasigi yang diyakini berdiri sejak abad ke-15 membuat desa ini menjadi bagian penting dari tradisi masyarakat Buton. Para leluhur yang bermigrasi dari pegunungan sekitar Buton membawa warisan berupa seni arsitektur, adat istiadat, dan kearifan lokal. Eksistensi ini menjadikan Walasigi sebagai salah satu penjaga tradisi luhur di Sulawesi Tenggara.
Namun, apa yang membuat desa ini begitu istimewa? Jawabannya terletak pada bagaimana mereka memadukan tradisi dengan modernitas untuk menciptakan pariwisata berkelanjutan.
Pengakuan Nasional di ADWI 2024
Keberhasilan Walasigi sebagai destinasi wisata tidak hanya dirasakan oleh pengunjung, tetapi juga diakui secara nasional. Pada Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2024, Walasigi berhasil masuk dalam daftar 50 besar desa wisata terbaik. Puncaknya, desa ini dinobatkan sebagai salah satu desa wisata inspiratif dalam acara yang digelar di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) pada 17 November 2024.
Menteri Pariwisata, Widiyanti Putri Wardhana, memberikan apresiasi besar atas peran desa-desa wisata seperti Walasigi dalam mengangkat perekonomian lokal. “Desa wisata adalah wajah Indonesia yang sesungguhnya, tempat tradisi dan modernitas berpadu,” tegasnya. Pernyataan ini menyoroti pentingnya mengembangkan desa wisata sebagai pusat pelestarian budaya sekaligus penggerak ekonomi.
Mengapa Walasigi Berbeda?
Walasigi menawarkan lebih dari sekadar panorama indah. Berikut beberapa daya tariknya yang membuat desa ini tak tergantikan:
- Arsitektur Otentik
Rumah panggung Walasigi adalah karya seni yang menggabungkan keindahan dan makna filosofi. Dibangun tanpa paku, struktur ini melambangkan hubungan harmonis dengan alam, sebuah pelajaran penting bagi kita di era modern yang sering kali melupakan keberlanjutan. - Budaya Hidup
Tradisi seperti Molulo, tarian syukur atas panen melimpah, dan Posuo, upacara kedewasaan bagi perempuan muda, bukan hanya dilestarikan, tetapi juga dihadirkan sebagai atraksi edukatif bagi wisatawan. - Keindahan Alam
Dengan lanskap perbukitan hijau, sungai jernih, dan udara segar, Walasigi adalah surga bagi pecinta alam. Kesejukan dan ketenangan yang ditawarkan desa ini menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung yang ingin melarikan diri dari hiruk-pikuk kota.
Kerajinan dan Pengalaman Autentik
Tidak berhenti di situ, Walasigi juga memproduksi berbagai kerajinan tangan, seperti anyaman daun pandan dan kain tenun tradisional. Wisatawan dapat melihat langsung proses pembuatannya, menjadikannya pengalaman yang sarat makna. Selain itu, homestay berbasis adat juga memberikan sensasi menginap di tengah budaya lokal yang masih sangat terjaga.
Tantangan dan Masa Depan Walasigi
Meski telah mendapatkan pengakuan, perjalanan Walasigi menuju kemajuan masih dihadang berbagai tantangan, seperti kebutuhan pengembangan infrastruktur, pelatihan sumber daya manusia, dan pelestarian budaya di tengah modernisasi.
Namun, pengakuan di ADWI 2024 membuka peluang besar untuk menempatkan Walasigi di peta pariwisata global. Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan pelaku industri pariwisata menjadi kunci untuk memastikan Walasigi tidak hanya dikunjungi sebagai destinasi, tetapi juga dihargai sebagai pusat pelestarian tradisi.