Menyusul pengakuan UNESCO terhadap peringatan 100 tahun A.A. Navis pada akhir tahun 2023, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa menggelar serangkaian acara bertajuk “Robohnya Surau Kami dan Bangkitnya Sastra Indonesia.” Acara ini akan diadakan di 30 wilayah Balai dan Kantor Bahasa di seluruh Indonesia, di Jakarta, dan di Paris sepanjang tahun 2024, dan secara resmi diluncurkan pada acara peluncuran di Bagindo Aziz Chan Youth Center, Padang pada Sabtu (9/3).
Dalam sesi gelar wicara pada acara peluncuran, topik “Suara Kritis A.A. Navis” menjadi fokus dengan menghadirkan empat narasumber yang membahas berbagai dimensi A.A. Navis. Itje Chodidjah, Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, berbagi cerita tentang proses penetapan Peringatan 100 Tahun A.A. Navis oleh UNESCO. Dia menyoroti karya-karya Navis yang membahas isu-isu sosial, seperti dalam cerpen “Kemarau” yang sudah mengangkat isu perubahan iklim sejak 1967. Kontribusinya dalam menyuarakan isu-isu universal menjadikan Navis sebagai tokoh yang berperan dalam peradaban dunia.
Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah III, Undri, menekankan kontribusi Navis sebagai seorang intelektual yang tidak hanya mengkritisi, tetapi juga bertindak dalam konteks masyarakat Padang, kebudayaan Minang, dan nasional. Sudarmoko, dosen Departemen Sastra dan Budaya Universitas Andalas, menyoroti peran Navis dalam dunia sastra sebagai pengarang dan kritikus yang konsisten. Gemala Ranti, putri kelima A.A. Navis, menambahkan perspektif pribadi tentang ayahnya, menggambarkan Navis sebagai sosok yang mengajarkan kepercayaan diri dan keberanian pada kedelapan anaknya.
Peluncuran ini menandai dimulainya rangkaian peringatan 100 Tahun A.A. Navis yang akan diselenggarakan di tingkat lokal, nasional, dan internasional sepanjang tahun 2024. Peringatan ini merupakan upaya pemerintah untuk memperkenalkan kembali karya dan pemikiran Navis, serta membawa Sastra Indonesia ke panggung global. Melalui kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan, Kemendikbudristek menunjukkan komitmennya dalam memajukan bahasa dan sastra Indonesia secara internasional. Hal ini juga sejalan dengan politik bahasa nasional yang mendorong internasionalisasi bahasa Indonesia secara bertahap, sistematis, dan berkelanjutan.