Investasi dalam sektor manufaktur di Indonesia telah menunjukkan tren yang positif selama satu dekade terakhir, mencerminkan daya tarik negara ini bagi para investor global. Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, menyoroti bahwa realisasi investasi dalam sektor industri pengolahan nonmigas mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun. Lonjakan tajam dalam nilai investasi dari Rp186,79 triliun pada tahun 2014 menjadi Rp565,25 triliun pada tahun 2023 menunjukkan bahwa Indonesia masih dianggap sebagai lokasi bisnis yang menjanjikan bagi para investor.
Terlepas dari kondisi pandemi Covid-19, kepercayaan investor terhadap potensi Indonesia tetap tinggi, yang tercermin dari peningkatan nilai investasi dalam sektor manufaktur dari tahun 2019 hingga 2023. Selain itu, pertumbuhan investasi yang signifikan dari tahun ke tahun, seperti lonjakan sebesar 48,77 persen dari tahun 2021 ke 2023, menunjukkan bahwa para investor terus melihat Indonesia sebagai destinasi investasi yang menjanjikan.
Menperin juga menyoroti hubungan antara peningkatan investasi dalam sektor manufaktur dengan kebijakan pemerintah dalam mendorong hilirisasi sumber daya alam, khususnya dalam sektor pertambangan. Ini menunjukkan konsistensi pemerintah dalam mengembangkan industri manufaktur untuk meningkatkan daya saing ekonomi Indonesia. Hilirisasi industri juga diharapkan akan memberikan kontribusi signifikan terhadap pemasukan negara melalui pajak ekspor, royalti, dan pendapatan negara bukan pajak.
Tidak hanya berdampak pada pemasukan negara, peningkatan investasi dalam sektor manufaktur juga berkontribusi terhadap peningkatan jumlah tenaga kerja. Meskipun terdapat penurunan sementara selama pandemi Covid-19, namun industri berhasil pulih dan menyerap lebih banyak tenaga kerja setiap tahunnya. Dengan demikian, investasi dalam sektor manufaktur tidak hanya memperkuat perekonomian nasional tetapi juga membantu dalam penciptaan lapangan kerja yang lebih banyak.
