Presiden Prabowo Subianto dengan penuh semangat menyerukan pentingnya persatuan dan kerja sama antarnegara Muslim dalam pidatonya di sesi khusus Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Ke-11 Developing Eight (D-8) di Kairo, Mesir. Ia secara tegas menyoroti lemahnya solidaritas di kalangan negara Muslim, terutama terkait isu-isu kritis seperti perdamaian dan kemanusiaan. Menurutnya, sekadar pernyataan dukungan tidak cukup untuk mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi umat Muslim di dunia.
Dalam pidatonya, Presiden Prabowo mempertanyakan sejauh mana dukungan terhadap Palestina, Suriah, dan negara-negara lain yang membutuhkan benar-benar membawa perubahan nyata. Bantuan kemanusiaan dan pernyataan solidaritas memang diberikan, tetapi langkah konkret untuk menciptakan perubahan sering kali minim. Presiden mengajak negara-negara Muslim untuk berhenti terpecah belah dan mulai menyamakan langkah serta suara demi membangun kekuatan kolektif yang lebih efektif. Pandangan ini, katanya, bukan sekadar kritik, melainkan refleksi atas realitas yang harus dihadapi bersama.
Presiden juga mengkritik strategi “devide et impera” yang masih melemahkan persatuan antarnegara Muslim. Konflik internal yang terus berlangsung di berbagai negara Muslim menjadi bukti nyata bagaimana perpecahan sering kali dibiarkan terjadi. Ia dengan gamblang bertanya kapan situasi ini akan berakhir, mengingat bagaimana bisa membantu perjuangan Palestina jika negara-negara Muslim sendiri terjebak dalam permusuhan antar sesama. Kritik ini, lanjutnya, harus diterima dengan jujur oleh setiap pemimpin negara Muslim sebagai bahan introspeksi.
Selain itu, Presiden Prabowo menyuarakan keprihatinannya terhadap dunia internasional yang kerap kali tidak menghormati suara negara-negara Muslim. Ia menilai bahwa isu hak asasi manusia sering kali tidak berlaku bagi umat Muslim, menciptakan ketidakadilan yang mendalam. Kenyataan ini, katanya, harus dihadapi dengan keberanian dan kejujuran, tanpa menutup mata terhadap situasi yang ada. Namun, ia juga mendorong agar negara-negara Muslim tetap fokus pada apa yang bisa dilakukan secara nyata, alih-alih terjebak dalam retorika tanpa tindakan.
Sebagai penutup, Presiden mengajak negara-negara Muslim untuk bersatu dan bekerja sama lebih erat, dengan kesadaran penuh akan situasi global yang dihadapi umat Muslim. Indonesia, tegasnya, berkomitmen melakukan yang terbaik untuk mendorong persatuan dan memperkuat kerja sama di antara negara-negara Muslim. Dalam pandangan Presiden Prabowo, persatuan adalah kunci untuk mengakhiri ketidakadilan dan menciptakan masa depan yang lebih baik bagi umat Muslim di seluruh dunia.