Australian Defence Force Academy (ADFA) berkolaborasi dengan Kantor Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Canberra telah menyelenggarakan acara bertajuk Indonesia Day pada Rabu, 23 Oktober. Dalam acara yang meriah ini, para siswa di ADFA berkesempatan untuk mendalami budaya Indonesia melalui diskusi, cerita pengalaman dari siswa yang pernah berkunjung ke Indonesia, dan sajian budaya yang menawan, termasuk tarian tradisional, nasi tumpeng, serta jajanan pasar khas Indonesia.
Mukhamad Najib, Atdikbud KBRI Canberra, menekankan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari upaya penting KBRI untuk mengenalkan budaya Indonesia kepada generasi mendatang yang akan memegang peran strategis dalam hubungan bilateral kedua negara. “Pengenalan ini diharapkan tidak hanya membangun hubungan yang lebih dekat, tetapi juga memperkuat kerjasama antara Indonesia dan Australia di masa depan,” ujar Najib. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya hubungan antarnegara dalam menciptakan pemahaman yang lebih baik antar budaya.
Acara Indonesia Day dimulai dengan diskusi yang dipandu oleh Greg Fealy, seorang profesor dari Australian National University yang telah banyak melakukan penelitian tentang Indonesia. Greg membagikan wawasan mengenai perkembangan sosial politik di Indonesia, terutama yang berkaitan dengan proses demokrasi. Ia menjelaskan bahwa ketertarikan terhadap Indonesia telah ada sejak masa kuliah di Monash University dan terus tumbuh hingga saat ini, menunjukkan bagaimana pengetahuan dan pemahaman tentang Indonesia dapat berkembang seiring waktu.
Setelah pemaparan Greg, dua mahasiswa Australia yang pernah mengunjungi Indonesia berbagi pengalaman mereka. Mereka terkesan dengan keragaman budaya yang ada, termasuk kekaguman terhadap Candi Borobudur dan Prambanan, serta keramahan masyarakat Yogyakarta. Mereka juga menyebutkan betapa menyenangkannya harga-harga yang terjangkau di Yogyakarta, yang menjadikan kunjungan mereka semakin berkesan. Pengalaman ini menunjukkan betapa pentingnya bagi siswa internasional untuk menjelajahi dan memahami budaya serta keunikan Indonesia secara langsung.
Dalam sesi sajian budaya, KBRI menghadirkan dua penari yang membawakan tarian tradisional. Estella Aldina menampilkan Tari Lenggang Nyai dari Betawi, yang terinspirasi dari kisah Nyai Dasimah, seorang wanita Betawi yang berjuang untuk hak-haknya. Tarian ini, dengan gerak gemulai yang menggugah, mengandung pesan moral bagi perempuan untuk bijak dalam memilih jalan hidup. Sementara itu, Muhammad Nur Aziz membawakan Tari Gambiranom dari Jawa Tengah, yang menceritakan gejolak batin Bambang Irawan, putra Arjuna dari epos Mahabharata. Tari ini menggabungkan elemen dramatis dengan gerakan yang mengekspresikan kerinduan dan penyesalan.
Di akhir acara, para siswa tentara dan tamu menikmati makan siang yang terdiri dari nasi tumpeng lengkap dengan lauk-pauk seperti urapan, ayam, dan telur, serta jajanan pasar seperti kue lapis, klepon, dan onde-onde. Respon positif dari para siswa tentara terhadap makanan Indonesia menunjukkan bahwa rasa dan keunikan kuliner Indonesia berhasil menarik perhatian mereka.
Zara Maxel, dosen Studi Indonesia di ADFA, menyampaikan rasa terima kasih kepada Atdikbud KBRI Canberra atas kerjasamanya dalam menyukseskan Indonesia Day. Ia berharap dukungan KBRI akan terus berlanjut, sehingga bersama-sama dapat mempromosikan Indonesia kepada siswa di ADFA. Kegiatan semacam ini tidak hanya memperkenalkan budaya, tetapi juga membangun jembatan pemahaman dan kolaborasi di masa depan antara Indonesia dan Australia.