Saat meninjau langsung kondisi lapangan, Menko Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan bahwa keberhasilan menjaga kebersihan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum tidak lepas dari dedikasi luar biasa para komandan sektor (Dan-Sektor) yang secara konsisten mengelola dan membersihkan sungai ini. “Saya sulit membayangkan pencapaian ini. Jika kita lihat beberapa tahun ke belakang, sungai ini dipenuhi sampah sampai-sampai kita bisa berjalan di atasnya,” ujar Luhut dalam keterangan tertulisnya pada Sabtu (10/8/2024).
Luhut juga memberikan penghargaan khusus kepada Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD) TNI, Maruli Simanjuntak, atas komitmennya terhadap program ini. Menurut Luhut, inovasi yang dilakukan oleh TNI perlu dikolaborasikan dengan Pemerintah Daerah dan tiga stakeholder lainnya untuk mencapai hasil yang optimal.
Luhut juga mengapresiasi langkah maju yang diambil oleh Pemda Jawa Barat dengan pembangunan Teknologi Incinerator Sampah (PSEL) di Legok Nangka, yang mampu mengolah 2.000 ton sampah per hari dari Bandung Raya menjadi energi listrik sebesar 40 MW. Ia mendorong Pemerintah Daerah untuk terus mengoptimalkan penggunaan 17 Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) dengan kapasitas 1.281 ton per hari yang telah dibangun di sepanjang DAS Citarum melalui program Improvement of Solid Waste Management to Support Regional Area and Metropolitan Cities (ISWMP WB). Inovasi seperti teknologi RDF juga diharapkan dapat mendukung ekonomi sirkular di wilayah tersebut.
Luhut menekankan bahwa isu sampah merupakan masalah strategis yang tidak boleh diabaikan. “Apa pun yang kita bangun, jika lingkungannya kotor, orang tidak akan menghargainya,” tegasnya. Luhut juga menekankan pentingnya mengedukasi anak-anak sejak dini untuk memilah sampah, agar kebiasaan baik ini menjadi bagian dari kehidupan mereka.
Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD) TNI, Maruli Simanjuntak, menyoroti masalah utama di DAS Citarum, yakni sulitnya akses terhadap air bersih akibat tumpukan sampah yang mengotori danau dan sungai. “Kami terus mencari solusi dan mengambil peran dalam mengatasi masalah ini dengan menciptakan inovasi, seperti kapal pembersih sampah dan alat pengolah sampah,” kata Maruli.
Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat, Bey Machmudin, yang juga hadir di lokasi, menambahkan bahwa semangat kolaborasi pentahelix telah membawa perubahan signifikan pada kualitas DAS Citarum, yang dulunya dikenal sebagai salah satu sungai terkotor di dunia, kini menjadi sungai dengan status tercemar ringan. “Pencapaian ini bahkan telah diangkat dalam forum WWF di Bali. Mari kita terus bersinergi dan berkomitmen untuk mencapai tujuan bersama, yaitu mewujudkan Citarum Harum,” tutup Bey Machmudin.
Dengan kolaborasi yang kuat, inovasi teknologi, dan komitmen dari berbagai pihak, harapan untuk menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat bagi masyarakat semakin mendekati kenyataan. Ini menunjukkan bahwa melalui kerja keras bersama, perubahan positif bisa dicapai, bahkan untuk tantangan sebesar Citarum.