Kementerian Pertanian RI, melalui Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, menggalakkan pemasangan listrik di area persawahan untuk mendukung modernisasi dan mekanisasi pertanian. Tujuannya adalah untuk memperoleh sumber energi yang lebih efektif dan efisien, serta untuk mempercepat penggunaan alat-alat pertanian yang modern.
Dirjen Tanaman Pangan Kementan, Suwandi, menggarisbawahi pentingnya pemasangan listrik di area persawahan sebagai bagian dari upaya modernisasi. Menurutnya, energi listrik lebih hemat dan mudah diperoleh dibandingkan dengan energi dari bahan bakar lain seperti minyak dan gas. Hal ini memungkinkan pengembangan teknologi mekanisasi pertanian yang lebih luas dan terjangkau.
Salah satu contoh program yang berhasil dilaksanakan adalah program listrik masuk sawah di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Program ini melibatkan partisipasi petani dalam pengembangan sumur submersible untuk mengairi lahan tadah hujan, sehingga meningkatkan indeks pertanaman (IP) hingga tiga kali lipat.
Namun, Suwandi menegaskan bahwa penggunaan listrik di sawah harus diarahkan untuk kepentingan pertanian yang aman dan produktif. Listrik masuk sawah seharusnya digunakan untuk menggerakkan mesin pompa air, alat pertanian modern, dan perangkat lain yang mendukung produksi pertanian. Penggunaan kawat listrik untuk jebakan tikus sawah, misalnya, sangat berbahaya dan harus dihindari.
Selain itu, TAM Bidang Mekanisasi dan Alsintan PLN, Astu Unadi, juga menyoroti keunggulan ekonomis penggunaan listrik dalam pengoperasian mesin pompa air. Dibandingkan dengan bahan bakar lain seperti solar dan bensin, penggunaan listrik cenderung lebih hemat dan efisien, serta lebih mudah untuk diatur secara otomatis.
Meskipun demikian, masih ada daerah seperti Indramayu yang belum mengalami elektrifikasi sawah. Oleh karena itu, diperlukan dorongan lebih lanjut untuk mendorong implementasi program listrik masuk sawah di wilayah-wilayah tersebut guna mendukung modernisasi pertanian secara menyeluruh.