Tambak Budi Daya Ikan Nila Salin (BINS) milik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di Karawang, Jawa Barat, kini memasuki produksi siklus kedua. Target utamanya adalah mendukung pasokan bahan baku untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG), sebuah inisiatif strategis pemerintah untuk memperbaiki kualitas nutrisi masyarakat.
Kunjungan Presiden Prabowo Subianto: Dukungan Penuh pada Inovasi Budi Daya
Pada Senin, 2 Desember 2024, Presiden Prabowo Subianto didampingi Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, langsung meninjau proses produksi siklus kedua di Tambak BINS. Dalam kunjungan ini, mereka turut menebar benih secara simbolis di salah satu kolam produksi. Total benih yang ditebar hari itu mencapai 60 ribu ekor, mencerminkan skala besar operasional tambak ini.
Menurut Menteri Trenggono, siklus kedua ini ditargetkan mampu memperkuat program MBG. “Bapak Presiden telah menyaksikan langsung proses budi daya nila salin. Kami optimis hasil produksi kali ini dapat mendukung kebutuhan pangan bergizi masyarakat,” ujarnya dalam siaran resmi KKP pada Selasa (3/12/2024).
Detail Operasional Tambak: Menggali Potensi Maksimal
Tambak BINS memanfaatkan 15 petak kolam, yang masing-masing memiliki kapasitas tinggi. Dalam siklus kedua ini, 600 ribu ekor benih telah ditebar di area produksi:
- 10 petak berukuran 2.000 meter persegi, masing-masing menampung 30 ribu ekor benih.
- 5 petak berukuran 4.000 meter persegi, masing-masing menampung 60 ribu ekor benih.
Penebaran akan dilakukan secara bertahap di petak-petak yang siap, dengan masa produksi dari benih hingga panen diperkirakan memakan waktu 8 hingga 10 bulan. Dalam kurun waktu ini, berat ikan diperkirakan mencapai 0,8 kilogram per ekor, menghasilkan total produksi hingga 360 ton dengan tingkat kelangsungan hidup (survival rate) benih sebesar 70-80 persen.
Prospek Masa Depan
Dengan perhitungan matang ini, produksi BINS bukan hanya sekadar upaya meningkatkan stok ikan nila, tetapi juga bagian dari strategi besar pemerintah untuk:
- Meningkatkan ketahanan pangan nasional melalui hasil budi daya yang berkualitas.
- Mendukung program sosial, seperti MBG, yang bertujuan menyediakan makanan bergizi secara gratis kepada masyarakat rentan.
- Menghidupkan kembali tambak-tambak tidak produktif di sepanjang Pantura Jawa melalui penerapan teknologi budi daya modern.
Menteri Trenggono juga menyampaikan bahwa teknologi budi daya BINS akan menjadi model untuk program revitalisasi tambak, sebuah langkah inovatif yang sejalan dengan upaya menciptakan ekosistem perikanan berkelanjutan.
Fasilitas dan Teknologi Unggulan
Tambak BINS yang membentang di atas lahan 84 hektare dilengkapi dengan berbagai fasilitas canggih, mulai dari kolam produksi, gudang pakan, hingga laboratorium. Selain itu, teknologi seperti mesin pakan otomatis dan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) memastikan efisiensi operasional dan ramah lingkungan.
Presiden Prabowo bersama Menteri Trenggono juga mengunjungi gardu pandang untuk melihat keseluruhan tata letak tambak, menyaksikan proses penebaran benih, dan meninjau area pendederan. Kehadiran mereka tidak hanya menunjukkan dukungan pemerintah tetapi juga menekankan pentingnya inovasi di sektor perikanan untuk pertumbuhan ekonomi nasional.
Membangun Masa Depan melalui Perikanan
Produksi budi daya nila salin di Tambak BINS bukan hanya soal angka panen, tetapi juga soal dampak jangka panjang. Jika program revitalisasi tambak berhasil direalisasikan secara menyeluruh, bukan tidak mungkin Indonesia akan menjadi salah satu pemain utama di pasar perikanan global.
Tambak BINS Karawang adalah bukti bahwa teknologi, inovasi, dan visi keberlanjutan bisa berjalan beriringan untuk menciptakan solusi bagi ketahanan pangan, gizi masyarakat, dan pertumbuhan ekonomi. Pertanyaannya, seberapa jauh Indonesia siap memaksimalkan potensi ini? Tampaknya jawabannya sudah di depan mata. 🌱
