Kementerian Perindustrian (Kemenperin) semakin gencar mendorong perkembangan industri kreatif fesyen dan kriya di Indonesia. Salah satu langkah nyata yang diambil adalah dengan menyelenggarakan Creative Fest 2024 melalui Balai Pemberdayaan Industri Fesyen dan Kriya (BPIFK). Acara ini diadakan beberapa waktu lalu di Jakarta dan mendapat respons positif dari masyarakat.
“Komitmen pemerintah dalam mendorong industri kreatif sudah membuahkan hasil yang positif,” ujar Reni Yanita, Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin, pada Selasa (2/7). Ia menekankan pentingnya dukungan dari para pemangku kepentingan dalam semangat kolaborasi.
Pada tahun 2023, nilai tambah industri kreatif mencapai Rp1.414,8 triliun, naik 10,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp1.280,42 triliun. Sektor fesyen dan kriya memberikan kontribusi besar dengan total sebesar 33 persen. Ini menunjukkan betapa pentingnya kedua sektor ini dalam mendukung ekonomi kreatif.
Creative Fest 2024, yang berlangsung selama tiga hari dari 28-30 Juni 2024, dipenuhi dengan berbagai kegiatan menarik. Peserta dapat belajar langsung melalui workshop yang berfokus pada desain kriya dan fesyen, serta pelatihan pembuatan ecoprint. Selain itu, mereka juga berkesempatan berdialog dan belajar bersama praktisi kreatif melalui Creative Talk.
Reni mengungkapkan bahwa melalui Creative Fest 2024, pemerintah ingin mengajak masyarakat untuk menyadari nilai tinggi produk dalam negeri, khususnya fesyen dan kriya. “Acara ini menjadi ajang bagi para pelaku kreatif untuk bertukar pikiran, berbagi pengalaman dan ide kreatif, serta berkolaborasi menciptakan karya,” jelasnya.
Doddy Widodo, Pembina Industri Ahli Utama Kemenperin, menambahkan bahwa Creative Fest 2024 adalah ajang bersama untuk memajukan IKM lokal. Setiap pembelian produk lokal adalah bentuk dukungan nyata bagi pelaku usaha dan pengrajin di Indonesia. “Mari bersama memilih, membeli, dan menggunakan produk dalam negeri sehingga berkontribusi pada kemajuan dan kesejahteraan negeri tercinta,” ajaknya.
Kepala BPIFK, Dickie Sulistya, menambahkan bahwa selain belajar melalui creative talk dan workshop, para pelaku industri kreatif binaan BPIFK/BCIC dari seluruh Indonesia juga memamerkan produknya melalui Pop Up Market yang diikuti 16 tenant. Selama tiga hari pelaksanaannya, acara ini dikunjungi oleh 6.600 orang dengan total penjualan mencapai Rp123.251.000.
Creative Fest juga menghadirkan berbagai narasumber untuk berbagi wawasan dan pengalaman dalam berbisnis, seperti Irman Jaya Wardhana, M. Setiawan Kusmulyono, Sonny Agustiawan dari Universitas Prasetya Mulya, Isti Budhi Setiawati dari Universitas Ary Ginanjar, serta Binandari dari Unisadhuguna.
Selain itu, acara ini juga menghadirkan tokoh-tokoh inspiratif seperti Rengkuh Banyu Mahandaru, Founder Plepah; Senni Nur Yuliana, Founder Zelonica; Wahyuningsih Purwandari, Founder Waiki; Afidha Fajar, Founder Eboni Watch; dan Khoirunisa Pulungan, Founder Arae.
Dengan adanya dukungan dan kolaborasi dari berbagai pihak, industri kreatif di Indonesia memiliki potensi besar untuk terus berkembang dan memberikan dampak positif pada perekonomian nasional. Terus mendorong kreativitas dan inovasi lokal dapat menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.