Di tengah hutan lebat dan sungai besar Kalimantan Timur, tersembunyi sebuah permata yang kini mulai dikenal banyak orang: Desa Muara Enggelam. Terletak di Kecamatan Muara Wis, Kabupaten Kutai Kartanegara, desa ini berada di tengah Danau Melintang, menjadikannya sebuah destinasi wisata yang menawarkan keindahan alam serta kehidupan tradisional yang sangat unik.
Desa Muara Enggelam sering disebut sebagai “desa terapung” karena seluruh pemukimannya dikelilingi oleh perairan. Rumah-rumah kayu yang berdiri kokoh di atas air, serta jembatan panjang yang menghubungkan rumah-rumah satu sama lain, menciptakan pemandangan yang tidak hanya indah tapi juga sangat memukau. Keindahan alam dan kehidupan sederhana masyarakat di desa ini semakin membuatnya menjadi tujuan wisata yang menarik.
Namun, lokasi desa yang cukup terpencil—sekitar 90 km dari Samarinda—membuat perjalanan ke Muara Enggelam tidak mudah. Akses yang terbatas, yang hanya bisa ditempuh melalui jalur air, menambah tantangan tersendiri bagi mereka yang ingin mengunjunginya. Meski demikian, hal ini justru menambah daya tariknya, karena hanya sedikit orang yang bisa menikmati keindahan alami desa ini, menjadikannya destinasi eksklusif yang masih jarang dijamah.
Sebagai desa yang dikelilingi oleh perairan tawar seluas 11.000 hektare, Muara Enggelam memiliki sumber daya ikan air tawar yang melimpah. Mayoritas penduduk desa, yang berjumlah sekitar 747 jiwa, mengandalkan hasil tangkapan ikan sebagai mata pencaharian utama. Ikan yang ditangkap sebagian besar diolah menjadi ikan asin atau ikan asap yang kemudian dijual ke kota terdekat, sementara sebagian lainnya juga menjalankan usaha sarang burung walet sebagai sumber pendapatan tambahan.
Satu keunikan lain dari desa ini adalah gapura megah yang berdiri di atas air, yang bukan hanya menjadi ikon wisata, tetapi juga memiliki fungsi praktis sebagai penahan angin kencang dan gulma saat air pasang. Gapura ini menjadi simbol kebanggaan warga Muara Enggelam, bahkan meraih penghargaan pada Festival Gapura Cinta Negeri 2019. Meskipun desa ini terisolasi, fasilitas yang ada cukup lengkap, termasuk tempat ibadah, puskesmas, sekolah, dan akses air bersih, membuat kehidupan di sini berjalan lancar dan teratur.
Selain itu, kondisi alam di Muara Enggelam juga memiliki tantangan tersendiri. Musim kemarau bisa membuat perahu sulit beroperasi karena perairan menjadi dangkal. Namun, masyarakat setempat telah terbiasa dengan kondisi tersebut dan memiliki cara-cara untuk tetap bertahan dan produktif. Ini menunjukkan betapa adaptif dan tangguhnya masyarakat desa ini.
Muara Enggelam bukan hanya menawarkan pemandangan yang indah, tetapi juga pengalaman hidup yang sederhana dan penuh kedamaian. Bagi para wisatawan yang ingin merasakan suasana eksotis, desa ini adalah pilihan yang tepat. Dengan alam yang asri, kehidupan tradisional yang damai, serta keramahan masyarakat lokal, Muara Enggelam memberikan pengalaman yang sangat autentik dan tak terlupakan.
Bagi yang ingin mengunjungi, perjalanan menuju desa ini memang memerlukan waktu dan usaha. Dibutuhkan sekitar 3 jam dari Tenggarong menuju Muara Muntai, lalu dilanjutkan dengan perjalanan perahu selama satu jam. Sesampainya di Muara Enggelam, wisatawan akan disambut oleh gerbang masuk yang menjulang tinggi, sebagai tanda bahwa mereka telah memasuki sebuah dunia yang jauh dari hiruk-pikuk kota.