Sebagai salah satu anggota Dewan International Maritime Organization (IMO), Indonesia kembali menunjukkan peran aktifnya dalam dunia maritim internasional dengan menghadiri Sidang Dewan IMO ke-133. Sidang yang berlangsung di Markas Besar IMO, London, Inggris, dari tanggal 18 hingga 22 November 2024 ini, menjadi momentum penting bagi Indonesia untuk mengukuhkan posisinya sebagai pemain utama di sektor maritim global.
Sidang yang dipimpin oleh Victor Jimenez dari Spanyol ini membahas berbagai isu strategis, seperti reformasi dan perencanaan IMO, manajemen sumber daya, konsolidasi konvensi maritim, serta pengembangan lembaga pelatihan maritim global. Topik seperti peningkatan sistem informasi perkapalan terpadu (GISIS) dan laporan komite perlindungan lingkungan maritim (MEPC) juga menjadi agenda yang tak kalah penting.
Indonesia Tolak Proxy Voting, Tegaskan Prinsip Akuntabilitas
Dalam sidang tersebut, Deputi Bidang Operasi Pencarian dan Pertolongan Basarnas, Laksda TNI R. Eko Suyatno, yang bertindak sebagai juru bicara delegasi Indonesia, menyampaikan keberatan Indonesia terhadap mekanisme proxy voting atau pendelegasian hak suara kepada perwakilan. Menurutnya, mekanisme ini dapat melemahkan prinsip akuntabilitas dalam pengambilan keputusan strategis. Sikap ini sejalan dengan upaya Indonesia untuk menjaga integritas dan tanggung jawab seluruh anggota dewan dalam menentukan masa depan sektor maritim global.
Peningkatan Manajemen Risiko dan Peran Indonesia sebagai Auditor Eksternal
Indonesia juga mendukung proposal penyempurnaan kebijakan manajemen risiko yang diajukan oleh Sekretariat IMO. Dukungan ini relevan dengan posisi Indonesia melalui Badan Pemeriksa Keuangan (BPK RI) yang saat ini berperan sebagai auditor eksternal IMO. Peningkatan manajemen risiko dinilai penting untuk memastikan operasional IMO berjalan lebih efisien tanpa mengorbankan kepentingan anggota, termasuk Indonesia.
Apresiasi atas Pengembangan Sumber Daya Manusia Maritim
Di sisi lain, Indonesia mengapresiasi kontribusi World Maritime University (WMU) dan International Maritime Law Institute (IMLI) dalam meningkatkan kapasitas sumber daya manusia Indonesia di sektor maritim. Deputi Eko Suyatno menyoroti bahwa lulusan kedua institusi ini telah berkontribusi besar dalam pengelolaan pelabuhan dan perkapalan, serta pengembangan hukum maritim internasional. Langkah ini menunjukkan betapa pentingnya investasi pada pendidikan maritim untuk memperkuat daya saing Indonesia di kancah global.
Fokus pada Kerja Sama Teknis dan Respons terhadap Krisis Ekonomi Global
Dalam agenda terkait anggaran dan keuangan, Indonesia mendorong perluasan program kerja sama teknis untuk mendukung negara-negara anggota, khususnya di tengah ketidakstabilan ekonomi global. Langkah ini mencerminkan kepedulian Indonesia terhadap pemerataan manfaat di sektor maritim, sekaligus memperkuat solidaritas antaranggota IMO.
Respons terhadap Konflik Maritim dan Tantangan Global
Indonesia juga memberikan perhatian khusus terhadap konflik di Laut Merah dan Laut Hitam yang mengancam keamanan pelayaran. Dalam forum ini, Indonesia bergabung dengan suara delegasi lain yang menyerukan resolusi damai demi menjaga kelancaran perdagangan maritim global. Sikap ini menunjukkan kepedulian Indonesia terhadap stabilitas regional yang berdampak langsung pada keamanan pelayaran dunia.
Mendorong Kerja Sama Bilateral dan Promosi Produk Lokal
Di sela-sela sidang, Indonesia mengadakan pertemuan bilateral dengan Malaysia dan Australia. Dengan Malaysia, pembahasan difokuskan pada pembukaan jalur Ro-Ro Dumai-Melaka, yang diharapkan dapat memperkuat konektivitas antarnegara. Sedangkan dengan Australia, Indonesia menyoroti potensi ekspor produk pangan, furnitur, dan kebutuhan rumah tangga, serta menyambut baik investasi Australia di sektor maritim.
Tak hanya itu, Indonesia memanfaatkan momentum ini untuk mempromosikan produk lokal. Sebagai sponsor coffee break, delegasi Indonesia membagikan syal buatan UMKM Kota Cilegon dan kopi khas Indonesia, yang mendapat sambutan positif dari para delegasi.
Simbol Komitmen: UMKM dan Diplomasi Budaya
Langkah kecil seperti promosi produk UMKM ini sebenarnya memiliki makna besar. Selain memperkenalkan keunikan budaya lokal, langkah ini juga menjadi simbol diplomasi ekonomi yang cerdas. Indonesia menunjukkan bahwa kontribusi terhadap sektor maritim tidak hanya berbasis regulasi, tetapi juga pendekatan budaya dan ekonomi yang lebih luas.
Partisipasi Multi-Instansi sebagai Wujud Kolaborasi
Delegasi Indonesia yang hadir berasal dari berbagai instansi, seperti Kementerian Perhubungan, Basarnas, dan beberapa perusahaan maritim seperti PT Pelindo Jasa Maritim dan PT Pertamina International Shipping. Hal ini mencerminkan kolaborasi lintas sektor yang solid untuk memperkuat posisi Indonesia dalam menghadapi tantangan dan peluang di sektor maritim global.
Dengan komitmen yang kuat dan strategi yang terarah, kehadiran Indonesia di Sidang Dewan IMO ke-133 ini bukan sekadar formalitas. Ini adalah bukti nyata bahwa Indonesia siap memainkan peran besar dalam membentuk masa depan industri maritim global yang lebih berkelanjutan dan inklusif.