Kacapi Buhun dan Carita Pantun: Warisan Nilai Luhur Masyarakat Banten

Berita baik datang dari Provinsi Banten! Lima warisan budaya khas daerah ini berhasil mendapatkan pengakuan nasional sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Penetapan ini bukan hanya soal sertifikat, tetapi juga bentuk penghormatan terhadap kekayaan budaya yang menjadi identitas masyarakat Banten.

Adapun lima warisan budaya yang dimaksud adalah kacapi buhun, golok Sajira, kue jojorong, carita pantun Baduy, dan Gotong Toapekong 12 Tahunan. Sertifikat atas pengakuan ini diterima langsung oleh Penjabat (Pj) Gubernur Banten, Al Muktabar, dari Menteri Kebudayaan Fadli Zon, dalam acara Apresiasi Warisan Budaya Indonesia 2024. “Pengakuan ini adalah hasil kerja bersama antara pelaku seni, komunitas, dan berbagai pihak yang mencintai budaya lokal,” ucap Al Muktabar penuh rasa syukur.

Mengenal Kacapi Buhun: Nada, Tradisi, dan Ritual

Kacapi buhun bukan hanya alat musik tradisional masyarakat Baduy, tetapi juga bagian sakral dari adat mereka. Meski memiliki kesamaan dengan kecapi pada umumnya, kacapi buhun menawarkan keunikan nada tanpa tingkatan tertentu, sehingga pemain harus mengandalkan intuisi untuk menciptakan harmoni. Uniknya, hanya ada 20 lagu khas yang bisa diiringi oleh alat musik ini, seperti Kembang Kacang dan Rancag Perang.

Sebagai alat sakral, kacapi buhun sering digunakan dalam ritual adat seperti upacara menanam padi atau pernikahan. Proses pembuatannya pun tidak main-main: menggunakan kayu lame dan membutuhkan waktu hingga dua minggu, lengkap dengan berbagai ritual pengiring.

Bagi yang penasaran, kacapi buhun kini juga dijadikan suvenir dengan harga berkisar Rp700 ribu hingga Rp1 juta. Namun, meski tersedia sebagai barang dagangan, pembuatannya tetap mempertahankan unsur tradisional yang kental.

Jojorong: Kudapan Manis Penuh Sejarah

Siapa sangka kue sederhana seperti jojorong menyimpan sejarah panjang sebagai sajian tamu kerajaan? Kue yang terbuat dari tepung beras, santan, dan gula aren ini punya cita rasa manis dan gurih yang tak tertandingi. Dengan penyajian unik menggunakan mangkuk daun pisang, jojorong tak hanya memanjakan lidah tetapi juga menyentuh hati para pencinta tradisi.

Meski jojorong mudah ditemukan di acara hajatan atau Ramadan, tantangannya adalah menjaga popularitas kudapan ini di tengah gempuran makanan modern. Padahal, jojorong adalah salah satu bukti betapa kayanya cita rasa Nusantara.

Carita Pantun Baduy: Warisan Lisan yang Sarat Makna

Tradisi lisan ini merupakan gabungan pantun Melayu klasik dengan cerita rakyat khas Baduy. Lebih dari sekadar hiburan, carita pantun Baduy berfungsi sebagai media pendidikan dan pelestarian budaya. Dalam setiap alunan pantun, terselip mitos, legenda, serta ajaran moral yang memperkuat identitas masyarakat Baduy.

Namun, tantangan ke depan adalah memastikan tradisi ini tetap hidup dan relevan di tengah perubahan zaman. Dengan gaya penyampaian yang khas, carita pantun memiliki potensi besar untuk menarik perhatian generasi muda, bahkan audiens internasional.

Golok Sajira: Simbol Seni dan Ketangguhan

Golok Sajira adalah perpaduan antara seni tempa logam dan filosofi kehidupan masyarakat Sajira, Lebak. Tidak hanya dikenal sebagai senjata, golok ini memiliki sarung dan gagang dengan ukiran khas, terbuat dari kayu keras seperti nagasari atau tanduk kerbau. Keistimewaan inilah yang membuatnya berbeda dari golok pada umumnya.

Sebagai simbol perjuangan rakyat Banten, golok Sajira menyimpan sejarah panjang hingga masa penjajahan. Namun, lebih dari itu, kehadirannya juga menunjukkan keahlian luar biasa masyarakat dalam seni kerajinan logam dan ukir.

Gotong Toapekong 12 Tahunan: Harmoni Budaya Tionghoa

Perayaan khas masyarakat Tionghoa Benteng ini berlangsung setiap 12 tahun sekali, dengan arak-arakan patung-patung dewa seperti Dewi Kwan Im Hud Couw. Ritual ini menjadi ajang berkumpulnya ribuan orang dari berbagai kalangan, baik Tionghoa maupun masyarakat lokal lainnya. Gotong Toapekong membuktikan bahwa harmoni antarbudaya adalah kekuatan utama dalam keberagaman Banten.

Fondasi Identitas Bangsa

Menurut Menteri Kebudayaan Fadli Zon, warisan budaya tak hanya menjadi peninggalan masa lalu, tetapi juga fondasi identitas bangsa. Dalam upaya melindungi dan memajukan budaya Indonesia, komitmen Presiden Prabowo Subianto diwujudkan melalui pembentukan Kementerian Kebudayaan.

Apresiasi Warisan Budaya Indonesia 2024 ini menjadi momentum penting untuk mengingatkan kita akan tanggung jawab besar menjaga kekayaan budaya. Dari total 668 usulan, sebanyak 272 berhasil ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia tahun ini. Dengan demikian, total Warisan Budaya Tak Benda Indonesia mencapai 2.213, mencerminkan betapa kaya dan beragamnya budaya negeri ini.

Di tengah globalisasi, pengakuan seperti ini sangat penting untuk memperkuat posisi budaya lokal di dunia internasional. Namun, sertifikasi saja tidak cukup. Perlu ada langkah strategis untuk mempromosikan dan menghidupkan kembali tradisi ini di tengah masyarakat, termasuk generasi muda.

Maukah kita terlibat dalam pelestarian ini? Sebab, budaya bukan sekadar warisan nenek moyang, melainkan tanggung jawab kita untuk menjaganya tetap hidup dan relevan. Bagaimana kita memilih untuk melestarikan warisan ini adalah cerminan siapa kita sebagai bangsa.

Share this post :

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Create a new perspective on life

Your Ads Here (365 x 270 area)
Latest News
Categories

Subscribe our newsletter

Purus ut praesent facilisi dictumst sollicitudin cubilia ridiculus.

Home
Search
Explore
Menu
×