Ajang Kepustakaan Islam Award (KIA) 2024 yang digagas oleh Kementerian Agama (Kemenag) menjadi panggung apresiasi bagi penulis dan pegiat literasi keagamaan. Acara yang berlangsung pada 22-24 November 2024 di Jakarta ini tak sekadar penghargaan, tetapi juga strategi nyata dalam menghidupkan literasi Islam yang relevan dengan tantangan zaman.
Literasi: Cermin Kemajuan Bangsa
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam, Kamaruddin Amin, menegaskan bahwa literasi adalah indikator utama kemajuan sebuah bangsa. Dalam pidato malam penganugerahan, ia menyampaikan, “Kalau kita ingin melihat kemajuan suatu negara, lihatlah tingkat literasi masyarakatnya. Literasi adalah cermin peradaban.”
Sayangnya, tantangan besar masih membayangi Indonesia. Berdasarkan data UNESCO, Indonesia menduduki peringkat ke-100 dari 208 negara dalam indeks literasi global. Angka ini mencerminkan masih rendahnya daya baca masyarakat Indonesia.
Kamaruddin juga menekankan bahwa literasi keagamaan Islam harus melampaui teks agama semata. Literasi ini harus mampu menjawab isu-isu pembangunan dan memberikan solusi atas berbagai tantangan kontemporer. “Literasi bukan hanya membaca, tetapi juga memahami dan menciptakan dampak. Kita harus membangun generasi yang cerdas, kreatif, dan mampu membawa peradaban ke arah yang lebih baik,” tegasnya.
Empat Kategori Penghargaan
Plt. Direktur Urusan Agama Islam dan Bina Syariah, Ahmad Zayadi, menjelaskan bahwa KIA 2024 menghadirkan empat kategori penghargaan:
- Penulis ASN
- Penulis Masyarakat
- Pegiat Literasi
- Perpustakaan Masjid
Dari total 437 peserta yang mendaftar, dewan juri, yang terdiri dari akademisi, pejabat Kemenag, dan pakar literasi, memilih tiga nomine terbaik di setiap kategori. Pemenang mendapatkan hadiah berupa uang pembinaan sebesar Rp25 juta, sertifikat, dan trofi.
Daftar Pemenang KIA 2024
- Penulis ASN: Didi Junaedi, Ahmad Zacky, Masruhan
- Penulis Masyarakat: Rosidin, Ali Mahfudz, Ahmad Husain Fahasbu
- Pegiat Literasi: Aip Rochadi, Mintarsih, Abdul Karim
- Perpustakaan Masjid: Jakarta Islamic Center, Masjid Raya Baiturrahman Aceh, Masjid Jabal Arafah Batam
Inovasi dan Rencana Masa Depan
Kesuksesan edisi perdana ini mendorong Kemenag untuk memperluas cakupan KIA di tahun mendatang. Targetnya adalah meningkatkan jumlah peserta hingga 600 orang dan memperkenalkan dua kategori baru, yakni Penerbit Buku dan Book of The Year.
Selain itu, kategori Perpustakaan Masjid akan dipecah berdasarkan tipologi masjid untuk memastikan penilaian yang lebih adil. Platform digital juga sedang dikembangkan untuk membantu pengelolaan perpustakaan masjid secara profesional.
“Kami ingin menjadikan KIA lebih inklusif dan strategis, sekaligus memastikan sinergi dengan masyarakat untuk mendorong budaya membaca yang berkelanjutan,” ujar Ahmad Zayadi.
Literasi sebagai Jalan Menuju Peradaban Emas
Kepustakaan Islam Award tidak hanya tentang penghargaan, tetapi juga upaya membangun masyarakat yang lebih berpengetahuan dan berperadaban. Dengan semangat ini, Kemenag optimistis menjadikan KIA sebagai agenda tahunan yang mampu menciptakan ekosistem literasi keagamaan yang relevan, inovatif, dan berkualitas.
“Literasi adalah jembatan menuju Indonesia Emas 2045. Mari kita hidupkan tradisi membaca, memahami, dan berkarya demi kemajuan bersama,” tutup Kamaruddin.