Pada Triwulan I-2024, perekonomian Indonesia tetap stabil meskipun dalam kondisi ketidakpastian global. Pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1 persen (year on year/yoy) selama periode tersebut menunjukkan kekuatan ekonomi Indonesia, didukung oleh permintaan domestik yang kuat dan dukungan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, menyatakan bahwa capaian pertumbuhan ini telah berdampak positif terhadap penurunan tingkat pengangguran terbuka. Meskipun dihadapkan pada ketidakpastian global, Indonesia berhasil menunjukkan ketangguhan ekonominya, dengan pertumbuhan yang berkualitas dan mampu menciptakan lapangan kerja yang cukup signifikan, sehingga mengurangi tingkat pengangguran.
Konsumsi rumah tangga dan Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) juga tumbuh, didorong oleh faktor-faktor seperti terkendalinya inflasi, peningkatan aktivitas ekonomi selama Ramadan, dan kenaikan gaji ASN serta pemberian Tunjangan Hari Raya (THR). Selain itu, belanja Pemerintah terkait penyelenggaraan Pemilu juga ikut mendorong konsumsi rumah tangga melalui pemberian honorarium kepada petugas Pemilu.
Di sisi pengeluaran, pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PKP) tumbuh secara signifikan, terutama didukung oleh belanja pegawai dalam APBN yang kuat dan kenaikan gaji ASN serta pemberian THR. Selain itu, belanja barang dan belanja sosial yang merupakan bagian dari PKP juga meningkat cukup tinggi, memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Meskipun ekonomi global mengalami perlambatan, ekspor Indonesia masih tumbuh, terutama didukung oleh peningkatan ekspor jasa dan volume ekspor produk utama seperti besi baja dan bahan bakar mineral. Namun, kontribusi net ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi, menunjukkan dampak dari tren perlambatan ekonomi global.
Sektor-sektor unggulan Indonesia, seperti sektor manufaktur, perdagangan, dan sektor transportasi serta akomodasi, tetap tumbuh positif. Peningkatan mobilitas masyarakat juga mendorong pertumbuhan sektor-sektor penunjang pariwisata, seperti sektor transportasi dan akomodasi.
Pemerintah akan terus memantau risiko global yang masih ada, seperti kebijakan FED yang tidak pasti, eskalasi tensi geopolitik, dan disrupsi rantai pasok global. Koordinasi antar otoritas, terutama dengan otoritas moneter dan sektor keuangan, akan diperkuat untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional. Selain itu, APBN akan terus dioptimalkan sebagai alat untuk menjaga daya beli masyarakat dan mempertahankan momentum pertumbuhan ekonomi.