Lagu “Maju Tak Gentar” menggema di sepanjang Kartavya Path, New Delhi, mengiringi perayaan 76 Tahun Hari Republik India pada Minggu (26/1/2025). Irama khas lagu nasional Indonesia itu dibawakan dengan penuh semangat oleh 189 taruna Akademi Militer TNI yang tergabung dalam grup drumband Genderang Suling Canka Lokananta. Ribuan warga India dan para tamu undangan pun menyambutnya dengan tepuk tangan meriah. Momen ini semakin istimewa karena kontingen drumband TNI menjadi garda terdepan dalam defile, diikuti 152 prajurit dari tiga matra TNI yang turut serta dalam parade megah tersebut.
Penampilan para taruna dan taruni ini benar-benar mencuri perhatian. Mengenakan seragam upacara resmi Akmil berwarna biru putih, mereka tampil gagah dan penuh percaya diri. Bahkan, pemain bass drum yang mengenakan seragam loreng dengan ornamen kulit serta kepala “Macan Tidar” semakin memperkuat aura kebanggaan. Sementara itu, defile gabungan matra TNI tampil dalam seragam upacara merah putih yang menyimbolkan semangat nasionalisme Indonesia. Atraksi drumband Akmil ini menjadi suguhan utama sebelum parade pasukan India, memberikan nuansa berbeda dalam perayaan nasional mereka.
Tidak hanya sekadar tampil, kehadiran 352 prajurit TNI dalam Kontingen Patriot yang dipimpin oleh Wakil Gubernur Akmil Brigjen Kristomei Sianturi menunjukkan eratnya hubungan diplomasi antara Indonesia dan India. Mereka berparade di hadapan Presiden India Droupadi Murmu, Perdana Menteri Narendra Modi, serta Presiden RI Prabowo Subianto yang hadir sebagai tamu kehormatan. Ini adalah momen bersejarah, mengingat Presiden Prabowo menjadi satu-satunya pemimpin negara sahabat yang diundang dalam perayaan penting ini.
Kehadiran Genderang Suling Canka Lokananta di India bukan sekadar partisipasi biasa, tetapi juga mencetak sejarah baru. Untuk pertama kalinya, sebuah marching band dari Indonesia tampil dalam parade hari nasional negara lain. Ini membuktikan bahwa drumband militer Indonesia diakui di kancah internasional, tidak hanya dari segi musikalitas tetapi juga dalam mencerminkan disiplin serta profesionalisme prajurit TNI. Brigjen Kristomei Sianturi pun mengungkapkan rasa bangganya atas kesempatan langka ini. “Kami sangat bersyukur atas undangan ini. Sebagian besar dari kami baru pertama kali ke India, dan ini menjadi kesempatan emas untuk memperkenalkan diri kepada pemerintah dan rakyat India, serta tentu saja di hadapan Presiden kita,” ujarnya.
Bagi masyarakat Magelang, Akademi Militer dan drumband Canka Lokananta adalah kebanggaan tersendiri. Sejak lama, drumband ini menjadi ikon tidak hanya bagi Akmil, tetapi juga bagi warga sekitar. Mereka kerap tampil dalam berbagai perhelatan besar, dari peringatan HUT TNI hingga acara nasional maupun internasional. Reputasi mereka bahkan telah terukir sejak era Presiden Sukarno, ketika tampil di pembukaan Asian Games IV tahun 1962, Ganefo I pada 1963, hingga peringatan HUT RI tahun 1964 di Istana Merdeka yang turut disaksikan oleh Raja Kamboja Pangeran Sihanouk dan Ratu Sirikit dari Thailand.
Tak hanya di acara kenegaraan, drumband Canka Lokananta juga sering menghibur masyarakat dalam berbagai konser publik, siaran radio, hingga acara sosial di Magelang dan sekitarnya. Kemampuan musikal mereka pun tak terbatas pada lagu-lagu militer, melainkan juga mencakup berbagai genre, mulai dari pop, jazz, klasik, keroncong, hingga rock. Bahkan, pada tahun 1964, mereka mencetak sejarah dengan merekam lagu-lagu mereka di Studio Lokananta, Surakarta. Album ini digagas oleh Brigjen Soerono, Kolonel Purbo S Soewondo, serta Letkol Soesilo Soedarman, yang ingin mengabadikan kehebatan drumband Akmil dalam format piringan hitam. Beberapa lagu yang direkam antara lain “Maju Tak Gentar,” “Maju Sukarelawan,” “Taruna Jaya,” dan “Burung Kucica.”
Nama Canka Lokananta sendiri berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti “Suara Merdu dari Surga,” sebuah sebutan yang memang pantas disematkan pada drumband legendaris ini. Keberadaannya tak lepas dari sejarah Akademi Militer di Magelang, yang pada 1959 kembali dibuka dengan nama Akademi Militer Nasional (AMN). Perkembangan akademi ini terus berlanjut hingga akhirnya menjadi Akademi Militer (Akmil) seperti yang dikenal saat ini.
Menariknya, drumband ini awalnya dibentuk dengan meniru format marching band yang digunakan oleh sekolah militer KNIL di Bandung, Gombong, dan Purworejo. Lettu Suhirno menjadi pelatih pertama drumband ini, sementara satuan musiknya diperkuat oleh personel militer aktif lulusan Pusat Pendidikan Ajudan Jenderal Kodiklat TNI-AD. Dengan jumlah sekitar 182 alat musik, mulai dari genderang, seruling, bellyra, trombon, bass drum, hingga terompet, Canka Lokananta menjadi salah satu drumband militer terbesar di Indonesia. Atraksi mereka juga unik, terutama dengan pemain bass drum yang mengenakan kepala “Macan Tidar,” simbol keberanian dan kebanggaan taruna Akmil.
Tak heran jika banyak alumni Canka Lokananta yang kemudian menjadi tokoh nasional. Salah satunya adalah Presiden ke-6 RI, Jenderal (Purn) Susilo Bambang Yudhoyono, yang dulunya memainkan genderang tenor. Selain itu, mantan KSAD Jenderal Dudung Abdurachman dan KSAD Jenderal Maruli Simanjuntak juga pernah menjadi bagian dari drumband ini, masing-masing memainkan genderang dan bass drum. Ini menunjukkan bahwa disiplin dan semangat kebersamaan yang tertanam dalam drumband ini mampu membentuk karakter pemimpin masa depan.
Keberhasilan Canka Lokananta tampil di Hari Republik India menjadi bukti bahwa diplomasi budaya dan militer bisa berjalan beriringan. Lebih dari sekadar hiburan, drumband ini membawa pesan persahabatan antara Indonesia dan India serta menunjukkan bahwa talenta dari Indonesia memiliki kualitas yang layak diakui di panggung dunia. Jika penampilan ini menjadi awal dari lebih banyak partisipasi internasional di masa depan, maka Indonesia bisa semakin percaya diri dalam menampilkan kekuatan dan kebanggaan bangsanya melalui seni dan budaya militer.