Sebagai salah satu pemimpin di dalam Koalisi Menteri-Menteri Keuangan untuk Aksi Iklim, Indonesia sedang menggali potensi kerja sama dengan European Commission untuk memperjuangkan isu transisi energi. Hal ini disampaikan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam pertemuan dengan EU Commissioner yang bertanggung jawab atas Climate Action, Wopke Hoekstra pada 20 April 2024 di Washington D.C., Amerika Serikat.
Menkeu Sri Mulyani mengungkapkan bahwa isu-isu seputar mitigasi perubahan iklim, khususnya transisi ke energi terbarukan, tetap menjadi perbincangan utama dalam forum-forum global. Dalam pertemuan dengan Komisioner Hoekstra, mereka mendiskusikan berbagai aspek terkait transisi energi, perubahan iklim, dan perdagangan karbon.
Selain itu, Menkeu juga mengapresiasi dukungan finansial dari Uni Eropa terhadap Just Energy Transition Partnership (JETP) Indonesia. Ia menjelaskan bahwa JETP telah merencanakan sejumlah proyek prioritas, seperti pembangunan infrastruktur listrik berkelanjutan seperti jaringan transmisi dan distribusi, pembangkit listrik tenaga air (PLTA), geothermal, bioenergi, panel surya, dan pembangkit listrik tenaga angin.
Dalam pertemuan tersebut, mereka juga membahas peluang kolaborasi dalam perdagangan karbon. Indonesia memiliki potensi besar sebagai penyedia kredit karbon global dengan potensi pengurangan emisi sebesar 1,3 gigaton CO2e, yang memiliki nilai estimasi sekitar 190 miliar USD.
Menkeu Sri Mulyani berharap bahwa dukungan dari Uni Eropa, melalui investasi dari negara-negara anggotanya, dapat mempercepat proses transisi energi yang lebih cepat, adil, dan terjangkau. Ini menjadi langkah penting dalam memperjuangkan aksi iklim secara global.
