Warsito, Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi Beragama dari Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), mengungkapkan bahwa berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023, Angka Partisipasi Kasar (APK) Pendidikan Tinggi Indonesia mencapai 31,45 persen. Di masa depan, Indonesia bertujuan untuk meningkatkan APK menjadi 45 persen pada tahun 2035 dan 60 persen pada tahun 2045.
Menurut Warsito, peningkatan SDM berkualitas dan berdaya saing merupakan prioritas nasional Indonesia, dan salah satu langkah kunci untuk mencapainya adalah melalui pemerataan akses dan peningkatan kualitas pendidikan tinggi. Pembangunan SDM ini melibatkan tiga parameter utama, yaitu pendidikan, kesejahteraan, dan kesehatan, yang merupakan komponen-komponen penting dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Warsito menekankan bahwa ketiga parameter ini saling terkait dan harus terintegrasi dengan baik.
Warsito juga menyoroti pentingnya kualitas pendidikan tinggi di Kalimantan Barat, dengan merujuk pada data IPM dan tingkat pengangguran terbuka di provinsi tersebut. Dia menegaskan perlunya peningkatan kualitas Sekolah Tinggi Agama Katolik (STAKAT) Pontianak, termasuk kompetensi civitas akademika, untuk menghasilkan SDM yang unggul dan moderat dalam praktek beragama.
Proses alih status STAKAT Pontianak menjadi Institut menjadi salah satu program strategis pada tahun 2024, yang didukung oleh Direktorat Jenderal Bimas Katolik, Kementerian Agama. Diharapkan bahwa perubahan ini akan membantu STAKAT Pontianak menjadi pusat keunggulan yang menghasilkan SDM Katolik yang berkualitas dan berkontribusi positif bagi Indonesia.
Dalam diskusi terkait hal ini, Suparman dari Direktorat Jenderal Bimas Katolik Kemenag menegaskan bahwa pendampingan akan terus berlanjut untuk memenuhi semua persyaratan yang diperlukan untuk alih status tersebut, dengan harapan dapat tercapai pada akhir tahun 2024.
