Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memanfaatkan peringatan Hari Tuna Sedunia sebagai kesempatan untuk meningkatkan mutu dan jangkauan pasar komoditas perikanan tersebut. Langkah ini tidak hanya untuk menjaga keberlanjutan populasi tuna, tetapi juga untuk memastikan konsumsi protein hewani yang berkualitas bagi generasi saat ini dan masa depan.
Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Budi Sulistiyo, mengungkapkan bahwa KKP telah berkolaborasi dengan Marine Stewardship Council (MSC), organisasi non-pemerintah yang mendorong pasar produk laut yang berkelanjutan, terutama untuk tuna. Salah satu langkah yang diambil adalah mendapatkan sertifikasi MSC untuk menjamin keberlanjutan stok dan dampak ekosistem minimal, serta sertifikasi chain of custody (CoC) untuk memastikan produk berasal dari sumber perikanan yang berkelanjutan.
“Sertifikasi CoC dapat diperoleh oleh unit pengolah ikan (UPI) dengan menerapkan STELINA atau sistem ketertelusuran dan logistik ikan nasional,” ungkap Budi.
Selain itu, KKP menegaskan komitmennya dalam memasarkan produk tuna yang berkelanjutan, seperti yang ditunjukkan saat berpartisipasi dalam Seafood Expo North America (SENA) 2024 di Amerika Serikat dan Seafood Expo Global (SEG) 2024 di Spanyol. Produk tuna Indonesia yang dipamerkan telah tersertifikasi dan menerapkan prinsip ketertelusuran dan keberlanjutan.
Hasilnya, pengunjung SENA terpikat dengan produk tuna Indonesia, dengan nilai transaksi potensial mencapai 50,45% dari total transaksi, sedangkan di SEG mencapai 21,62%.
Indonesia merupakan produsen tuna terbesar di dunia, dengan produksi sekitar 19,1% dari total pasokan dunia pada tahun 2023. Melalui Tahun Tuna Indonesia 2024, KKP berkomitmen untuk memperkuat daya saing komoditas tuna di pasar global dan domestik serta dalam pengelolaan tuna yang berkelanjutan.
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Padjadjaran, Yudi Nurul Ihsan, menyatakan potensi besar tuna di Indonesia, khususnya di perairan seperti Laut Banda, selatan Bali, Jawa, dan barat Sumatera. Dia juga menekankan pentingnya dukungan investasi dalam pengembangan budidaya tuna, khususnya tuna sirip kuning.
Pengelolaan sumberdaya tuna yang berkelanjutan memerlukan kerja sama antar negara melalui Regional Fisheries Management Organizations (RFMOs), dan Indonesia telah aktif terlibat dalam beberapa perjanjian RFMOs, seperti Indian Ocean Tuna Commission (IOTC), Commission for the Conservation of Southern Bluefin Tuna (CCSBT), dan Western and Central Pacific Fisheries Commission (WCPFC).
Menteri Kelautan dan Perikanan (KP) Sakti Wahyu Trenggono telah meresmikan pencanangan Tahun Tuna Indonesia 2024 dengan harapan dapat menguatkan akses pasar dan manfaatnya, baik bagi masyarakat Indonesia maupun global, melalui sinergi dan kolaborasi antarstakeholder.