Bank Indonesia (BI) melalui 19 Kantor Perwakilan di Kawasan Timur Indonesia (KTI) bersama mitra strategis, mengadakan Festival Ekonomi Syariah Kawasan Timur Indonesia (FESyar KTI) 2024 untuk memperkuat ketahanan dan pertumbuhan ekonomi syariah. Program ini fokus pada peningkatan pembiayaan syariah dan pembentukan ekosistem halal di KTI.
Puncak FESyar KTI berlangsung dari 7-10 Juli 2024 di Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), sebagai bagian dari persiapan menuju Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2024.
Dalam sebuah siaran pers pada Senin (8/7/2024), Deputi Gubernur Bank Indonesia Juda Agung menyampaikan empat tantangan dalam pengembangan eksyar.
Pertama, masih tingginya ketergantungan terhadap bahan baku halal dari luar negeri, seperti bahan pangan yang belum bersertifikasi halal.
Kedua, inovasi keuangan syariah yang masih terbatas, khususnya dalam menarik investor yang kuat.
Ketiga, potensi besar pasar domestik yang belum sepenuhnya dimanfaatkan, terutama sebagai pusat modest fashion dunia.
Keempat, tingkat literasi yang rendah mengenai produk dan ekonomi syariah, yang saat ini hanya mencapai 28 persen, dengan target meningkatkan literasi hingga 50 persen pada tahun 2025.
Untuk mengatasi tantangan ini, Bank Indonesia menetapkan enam fokus utama, antara lain pengembangan ekosistem makanan halal melalui percepatan sertifikasi halal, pengembangan modest fashion dengan dukungan desainer dan pengusaha lokal, pengembangan ekonomi pesantren, pengembangan keuangan syariah melalui kebijakan dan instrumen pasar, digitalisasi eksyar melalui aplikasi Satu Wakaf Indonesia, serta penguatan literasi dan edukasi ekonomi syariah.
Menurut Deputi Gubernur Juda, FESyar bukan sekadar ajang refleksi dan diskusi, tetapi juga platform untuk sinergi, kolaborasi, dan tindakan konkret dalam pengembangan eksyar di KTI.
Pj Gubernur Sultra yang diwakili oleh Sekretaris Daerah, Asrun Lio, menyoroti pentingnya memanfaatkan potensi ekonomi syariah untuk meningkatkan kesejahteraan. Prinsip keadilan dan berkelanjutan menjadi solusi efektif bagi pertumbuhan ekonomi dan pemerataan kesejahteraan.
Hal ini sejalan dengan prinsip bagi hasil, tolong-menolong, dan keadilan sosial. Keberadaan 124 pesantren di Sultra menjadi modal berharga untuk pengembangan eksyar. Implementasi eksyar di Sultra harus mencerminkan nilai-nilai keadilan, inklusivitas, universalitas, kesejahteraan, pemerataan, dan keberlanjutan lingkungan.
Pemerintah berharap bahwa FESyar menjadi momentum untuk mengembangkan ekonomi syariah di KTI, dengan tujuan menciptakan masyarakat yang adil, makmur, dan berkelanjutan.
Bank Indonesia telah menginisiasi empat program utama yang ditujukan untuk pengembangan eksyar di KTI, seperti Gerakan Sadar Wakaf KTI, Gerakan Halal UMKM KTI, Inisiasi Ekosistem Halal, dan peningkatan literasi eksyar di seluruh KTI. Kegiatan ini difokuskan dalam gelaran Sharia Fair (8-10 Juli) di Kendari, yang melibatkan UMKM dan desainer modest fashion lokal KTI, serta forum ekonomi syariah untuk mendukung peran produktif ZISWAF.
Bank Indonesia menargetkan pencapaian business matching senilai Rp176 miliar, Gerakan Halal untuk 1000 UMKM, dan 28 Gerakan Sadar Wakaf di Kawasan Timur Indonesia hingga akhir tahun 2024. Capaian ini bertujuan untuk memperkuat peran keuangan sosial syariah dalam pembangunan ekonomi yang inklusif.
FESyar KTI 2024 menunjukkan komitmen nyata Bank Indonesia dalam sinergi dengan mitra strategis lainnya, termasuk perbankan, Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), Komite Daerah Ekonomi dan Keuangan Syariah (KDEKS), Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH), serta pihak lain, untuk mempercepat pengembangan Ekosistem Halal, Pembiayaan Syariah, dan Literasi Ekonomi dan Keuangan Syariah di Kawasan Timur Indonesia.