Indonesia terus menunjukkan langkah nyata dalam upaya mewujudkan “Indonesia Nol Emisi 2060” dengan memanfaatkan skema Pendanaan Hijau yang strategis. Salah satu pencapaian penting terbaru adalah penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara PT PLN dan Bank Kreditanstalt für Wiederaufbau (KfW) dari Jerman. Kesepakatan ini disampaikan oleh Utusan Khusus Presiden RI, Hashim Djojohadikusumo, dalam gelaran COP-29 di Baku, Azerbaijan, pada Rabu (13/11/2024).
Kerja sama ini menjadi bukti nyata bagaimana Indonesia aktif merangkul investasi asing untuk mempercepat transisi energi yang lebih ramah lingkungan. Bank KfW akan mengucurkan pendanaan sebesar 1,2 miliar euro atau sekitar Rp20,15 triliun. Hashim menegaskan, “Sebagai negara besar, Indonesia memikul tanggung jawab menjaga masa depan lingkungan. Kerja sama internasional ini adalah kunci untuk mencapai target net zero emissions,” ujarnya.
Dorongan pada Transformasi Energi Terbarukan
Hashim juga menyoroti bahwa pengembangan energi bersih tidak hanya berdampak pada pelestarian lingkungan, tetapi juga meningkatkan daya saing industri nasional. Targetnya, dalam 15 tahun mendatang, 75 persen dari tambahan kapasitas listrik sebesar 100 GW akan berasal dari energi terbarukan. Angka ini menggambarkan ambisi besar Indonesia dalam merombak sistem energi nasional menuju keberlanjutan.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menggarisbawahi pentingnya kolaborasi ini. Menurutnya, partisipasi mitra internasional seperti KfW akan membuka lebih banyak peluang untuk proyek-proyek energi terbarukan. Langkah ini tidak hanya mendukung aksi iklim global tetapi juga memperkuat ketahanan energi nasional. “Kami ingin memastikan setiap proyek yang digarap memberikan dampak positif bagi masa depan keberlanjutan energi Indonesia,” tegasnya.
Pendanaan Hijau: Pilar Strategis Nol Emisi
Pendanaan hijau adalah pembiayaan yang diarahkan untuk proyek-proyek yang mendukung keberlanjutan lingkungan, seperti pembangunan infrastruktur energi terbarukan. Langkah ini sangat penting dalam perjalanan Indonesia menuju target nol emisi pada 2060.
Pencapaian penting terkait pendanaan hijau di Indonesia mencakup:
- Green Sukuk
Sejak 2018, penerbitan Green Sukuk telah mengumpulkan lebih dari USD7,2 miliar (Rp108 triliun). Dana ini dialokasikan untuk proyek-proyek berkelanjutan yang berhasil memangkas emisi karbon hingga 10,5 juta ton CO2e. - Perdagangan Karbon
Potensi ekonomi dari perdagangan karbon Indonesia diperkirakan mencapai USD565,9 miliar (Rp8.000 triliun), didukung oleh sumber daya alam seperti hutan tropis dan mangrove. - Pendanaan Bank
Bank nasional seperti Bank Mandiri juga memainkan peran penting, dengan portofolio pendanaan hijau mencapai Rp205 triliun, termasuk proyek energi terbarukan. - Pendanaan Daerah Berbasis Ekologi
Pemerintah telah memperkenalkan mekanisme insentif berbasis kinerja lingkungan untuk mendorong daerah mengembangkan proyek-proyek hijau.
Kolaborasi Global dan Tantangan Keuangan
Pertemuan internasional seperti COP-29 menjadi platform penting untuk mendiskusikan pendanaan hijau. Laporan terbaru menyebutkan bahwa negara-negara berkembang membutuhkan investasi hingga USD2,4 triliun per tahun pada 2030. Namun, realitasnya masih jauh dari angka tersebut. Pada 2022, pendanaan untuk adaptasi iklim hanya mencapai USD28 miliar, jauh di bawah kebutuhan USD187–359 miliar per tahun.
Indonesia juga menghadapi tantangan serupa. Kajian Kementerian Keuangan mengungkapkan bahwa hingga 2030, Indonesia membutuhkan sekitar USD280 miliar untuk aksi iklim, namun hanya 30 persen yang dapat ditutup dari anggaran negara. Sisanya harus berasal dari sektor swasta dan pendanaan internasional.
Menjawab Tantangan dengan Inisiatif Hijau
Untuk menjawab kebutuhan ini, Indonesia telah meluncurkan berbagai program strategis, seperti Program Pertumbuhan Ekonomi Hijau bersama Global Green Growth Institute (GGGI), serta Peta Jalan Pertumbuhan Ekonomi Hijau. Kebijakan Net Zero Emissions dan stimulus hijau juga diimplementasikan untuk mendukung pemulihan ekonomi yang berkelanjutan.
Indonesia, melalui komitmen internasional seperti kerja sama dengan KfW, menunjukkan peran aktifnya dalam mendukung aksi iklim global. Langkah ini bukan hanya soal pencitraan, tetapi mencerminkan tekad kuat untuk menjadi salah satu pemain utama dalam mewujudkan transisi energi global. Jika terus dikelola dengan strategi yang tepat, pendanaan hijau tidak hanya menjadi solusi lingkungan tetapi juga pendorong pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Indonesia tidak sekadar berbicara, tetapi mulai bergerak untuk mewujudkan lingkungan yang lebih baik bagi generasi mendatang.