Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggelar Indonesia Marine and Fisheries Business Forum (IMFBF) 2024, menjadi wadah inovatif bagi program penangkapan ikan terukur yang diharapkan menjadi pendorong investasi dari hulu ke hilir.
Tb. Haeru Rahayu, Plt Direktur Jenderal Perikanan Tangkap KKP, memandang bahwa program ini membuka peluang luas, mulai dari sektor penangkapan dan pengangkutan ikan, hingga pengolahan dan ekspor produk perikanan. Selain itu, penangkapan ikan terukur juga berpotensi menyerap tenaga kerja di berbagai industri perikanan serta membuka peluang pengembangan wisata bahari.
Melalui implementasi di 6 zona wilayah pengelolaan perikanan (WPP) Indonesia, terutama di dua lokasi percontohan zona 3 penangkapan ikan terukur pada tahun 2024, program ini diharapkan mampu menyerap lebih dari 60.000 tenaga kerja. Dampaknya juga akan terasa dalam pertumbuhan industri pendukung seperti galangan kapal, unit pengolahan ikan, pabrik es, hingga penyediaan air bersih.
Selain memperkuat sektor penangkapan ikan, KKP juga menghadirkan model kampung nelayan modern (kalamo) sebagai bagian dari upaya mendukung program ini. Lokasi seperti Desa Samber-Binyeri di Papua menjadi fokus pembangunan, dengan harapan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat melalui peningkatan fasilitas pendukung seperti dermaga, tempat pelelangan ikan, cold storage, hingga sentra kuliner.
Menteri Kelautan dan Perikanan (KP) Sakti Wahyu Trenggono menyoroti pentingnya forum ini sebagai platform untuk memperluas jaringan bisnis, baik dari dalam maupun luar negeri. Lebih dari 300 pelaku usaha, perwakilan negara sahabat, dan akademisi hadir, membangun kesempatan kolaborasi dan investasi yang berpotensi meningkatkan daya saing Indonesia dalam rantai pasok global.
