Petani Menanti Peran Strategis Bulog dalam Mendukung Ketahanan Pangan

Peran Bulog kini menjadi sorotan utama para petani, terutama dalam menghadapi puncak musim panen raya. Harapan besar disematkan kepada Bulog untuk segera menyerap gabah hasil panen, demi memastikan tidak ada petani yang dirugikan akibat anjloknya harga di pasar. Menko Pangan, Zulhas, menekankan pentingnya langkah cepat Bulog dalam menyerap gabah sesuai harga yang telah ditetapkan. Jika hal ini tidak segera dilakukan, bukan hanya petani yang tertekan, tetapi juga pemerintah yang akan menghadapi tuntutan dari Presiden dan Menteri Pertanian.

Kolaborasi antara pemerintah pusat, daerah, dan pihak terkait menjadi kunci untuk memastikan sektor pertanian, khususnya di Sumatra Selatan, mampu berkembang lebih baik. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan kontribusi daerah terhadap swasembada pangan nasional. Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono, bahkan secara tegas meminta Bulog mulai menyerap gabah petani paling lambat dua hari setelah inspeksinya di Ogan Ilir, Sumsel. Hal ini bertujuan untuk menjaga harga gabah di tingkat petani tetap stabil dan sesuai dengan HPP yang ditetapkan, yakni Rp6.500 per kilogram.

Ironisnya, masih ditemukan harga gabah yang jauh di bawah HPP di Sumsel, dengan angka Rp5.400 per kilogram atau bahkan lebih rendah. Situasi ini sangat merugikan petani dan menjadi sinyal kuat bahwa peran tengkulak perlu diawasi lebih ketat. Sudaryono meminta para tengkulak untuk tidak hanya mencari keuntungan pribadi, tetapi juga mempertimbangkan kesejahteraan petani. “Jika petani dirugikan, semangat mereka untuk bertani akan surut, dan itu berdampak besar pada produksi nasional,” tegasnya. Logika sederhananya, jika petani mendapatkan harga yang layak, mereka akan semakin bersemangat menanam, yang pada akhirnya mampu mengurangi ketergantungan pada impor.

Dalam kunjungan tersebut, Sudaryono mengingatkan bahwa Presiden Prabowo Subianto telah menetapkan kebijakan HPP untuk melindungi harga dasar gabah dan beras. Kebijakan ini tidak hanya bertujuan menjaga stabilitas harga tetapi juga memastikan kesejahteraan petani. Penyerapan hasil panen dengan harga yang layak akan menciptakan siklus yang positif: petani untung, semangat bertani meningkat, produksi bertambah, dan impor bisa diminimalisir. Pemerintah, lanjut Sudaryono, memiliki tugas untuk menyerap hasil panen petani sebagai bentuk komitmen negara terhadap kesejahteraan rakyat.

Namun, realitas di lapangan menunjukkan tantangan besar. Harga gabah di Sumsel masih menjadi yang terendah dibandingkan provinsi lain di Indonesia. Sudaryono meminta penegak hukum, mulai dari kejaksaan hingga kepolisian, untuk segera memanggil para tengkulak yang diduga menyebabkan anjloknya harga gabah. Ia juga menekankan pentingnya respon cepat terhadap anomali harga yang terjadi. “Tidak boleh lagi ada rakyat yang dimanfaatkan oleh tengkulak atau pihak yang hanya mencari untung sendiri,” tambahnya.

Sudaryono menyesalkan fakta bahwa harga gabah yang jatuh hingga Rp5.000 per kilogram menunjukkan ada masalah serius di rantai distribusi. Pemerintah telah bekerja keras, bahkan melibatkan aparat untuk mendukung panen raya, tetapi hasilnya tetap tidak maksimal jika harga tidak sesuai HPP. Ia mendesak semua pihak untuk segera mencari solusi agar jerih payah petani tidak sia-sia. Dalam pandangannya, keberhasilan sektor pertanian tidak hanya dilihat dari tingginya produksi, tetapi juga dari bagaimana hasil panen dihargai secara adil oleh pasar.

Share this post :

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Create a new perspective on life

Your Ads Here (365 x 270 area)
Latest News
Categories

Subscribe our newsletter

Purus ut praesent facilisi dictumst sollicitudin cubilia ridiculus.

Home
Search
Explore
Menu
×