Pekan Olahraga Nasional (PON) 2024 siap digelar dengan meriah di Aceh dan Sumatra Utara. Perhelatan olahraga terbesar di Indonesia ini akan dibuka secara resmi oleh Presiden Jokowi pada 9 September 2024 di Stadion Harapan Bangsa, Banda Aceh, dan ditutup di Stadion Utama Sumut, Deli Serdang, pada 20 September 2024. PON bukan hanya sekadar ajang kompetisi, tetapi juga menjadi simbol persatuan bangsa. Kali ini, ada dua maskot menarik yang dihadirkan, yang tak hanya menambah semarak acara, tetapi juga melambangkan kekayaan fauna endemik Indonesia.
Maskot adalah elemen penting dalam setiap kegiatan olahraga, karena mampu menyuntikkan semangat dan karakter unik ke dalam acara tersebut. Seperti yang dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, maskot biasanya berbentuk orang, hewan, atau benda yang dianggap membawa keberuntungan. Tak hanya itu, maskot juga harus memiliki makna yang erat kaitannya dengan nilai-nilai dari kegiatan olahraga itu sendiri. Dalam sejarah PON, berbagai hewan endemik Indonesia seperti harimau, kuda, buaya, hingga spesies burung eksotis, pernah menjadi maskot.
Tahun 2024, giliran gajah sumatra (Elephas maximus sumatranus) dan harimau sumatra (Panthera tigris sumatrae) yang terpilih sebagai maskot PON. Dua hewan ini bukan hanya ikon fauna, tetapi juga menjadi representasi simbolis dari kekuatan dan kebesaran alam Sumatra. Maskot gajah bernama Po Meurah digambarkan mengenakan kopiah meukeutop, ciri khas Aceh yang melambangkan persatuan dan kekuatan. Gajah, yang sudah lama dihormati di Aceh sebagai simbol kebangsawanan, dipilih karena perannya dalam sejarah kerajaan di Serambi Mekkah.
Di sisi lain, maskot harimau diberi nama Matra. Harimau sumatra ini mengenakan tanjak khas Melayu yang melambangkan kehormatan dan tanggung jawab, serta ulos Batak yang merepresentasikan kasih sayang dan persatuan. Sebagai hewan yang melambangkan kekuatan, harimau sumatra semakin memperkaya makna dari PON kali ini, terutama dengan guratan seni ukir Batak yang menghiasi tubuhnya, menambah unsur seni dan budaya dalam maskot ini. Kehadiran Po Meurah dan Matra tak hanya memperindah perhelatan, tetapi juga menggugah rasa cinta terhadap kekayaan alam Indonesia yang perlu dijaga dan dilestarikan.
Selain itu, Kominfo turut ambil bagian dalam kesuksesan PON 2024 dengan menyiapkan pusat media di dua lokasi, yakni di Banda Aceh dan Medan. Ini adalah langkah penting yang tidak boleh dipandang remeh, karena pusat media memberikan fasilitas lengkap bagi para awak media yang meliput acara ini. Dengan adanya akses internet cepat, ruang kerja nyaman, dan fasilitas tambahan seperti area relaksasi hingga makanan dan minuman gratis, jelas Kominfo tidak main-main dalam mendukung penyebaran informasi PON ke seluruh penjuru negeri. Hal ini penting, mengingat media center bukan hanya sarana untuk para jurnalis, tetapi juga sebagai pusat koordinasi yang akan menyebarluaskan hasil dari setiap pertandingan kepada masyarakat.
PON 2024 ini juga mencatat sejarah baru dengan menjadi yang pertama diadakan di dua provinsi sekaligus sejak pertama kali digelar pada 1948. Aceh akan menjadi tuan rumah untuk 33 cabang olahraga dengan melibatkan lebih dari 6.000 atlet, sementara Sumatra Utara akan menggelar 34 cabang dengan jumlah atlet serupa. Ini menegaskan bahwa PON 2024 tak hanya merayakan olahraga, tetapi juga memperkuat kolaborasi antarprovinsi dalam menyelenggarakan acara sebesar ini.
Jika kita melihat ke belakang, PON 2021 di Papua menghasilkan kontingen Jawa Barat (Jabar) sebagai juara umum, dengan 133 medali emas. Namun, meski Jabar berhasil menorehkan prestasi gemilang, posisi DKI Jakarta sebagai raja PON masih belum tergoyahkan dengan 11 gelar juara umum. Pada PON kali ini, akan menarik untuk melihat apakah Jabar mampu mempertahankan gelarnya, atau DKI Jakarta akan kembali mendominasi.
Dengan semua persiapan ini, PON 2024 di Aceh dan Sumut akan menjadi ajang spektakuler yang tidak hanya merayakan olahraga, tetapi juga merayakan keberagaman budaya dan kekayaan alam Indonesia.