Toko buku legendaris yang berdiri sejak 1974 kedatangan tamu istimewa, Presiden RI ke-8, Prabowo Subianto. Sosok nomor satu di Indonesia ini memang dikenal sebagai pecinta buku. Kunjungannya kali ini untuk berburu buku berkualitas, salah satu hobi yang telah dilakoninya sejak muda. Momentum ini diabadikan oleh sekretaris pribadinya, Rizky Irmansyah, melalui unggahan di Instagram. Dalam foto tersebut, Prabowo tampak mengenakan jas gelap, berdiri di antara rak-rak tinggi berisi ratusan buku, dengan fokus pada deretan buku sejarah Amerika Serikat. Sementara itu, Rizky berada di sebelahnya sambil memegang keranjang berisi buku pilihan sang presiden.
Kutu Buku Sejati yang Menjadikan Membaca Sebagai Gaya Hidup
Seperti diceritakan Rizky, mampir ke toko buku adalah rutinitas wajib bagi Prabowo di setiap perjalanan, baik di dalam maupun luar negeri. Kebiasaan ini tidak hanya dilakukan di masa kini, tetapi sudah menjadi bagian dari hidupnya sejak kecil. Dalam wawancaranya dengan Al Jazeera pada Mei 2024, Prabowo mengungkapkan bahwa membaca buku baginya seperti menjelajahi dunia. “Minat membaca saya sudah ada sejak kecil. Keluarga kami sederhana, tetapi membaca menjadi kebutuhan,” katanya.
Tak heran, perpustakaan pribadinya di Hambalang dipenuhi ribuan koleksi buku, dari berbagai genre, terutama sejarah dan politik. Tradisi ini mengingatkan kita pada tokoh-tokoh besar Indonesia lainnya seperti BJ Habibie dan Susilo Bambang Yudhoyono, yang juga memiliki koleksi buku pribadi yang mengesankan.
Buku Sebagai Bekal Hidup
Cerita tentang kecintaan Prabowo pada buku juga datang dari rekan-rekannya. Dahnil Anzar Simanjuntak, misalnya, pernah menceritakan kebiasaan Prabowo membawa koper kosong saat bepergian ke luar negeri. Koper itu akan penuh sesak dengan buku saat kembali ke Indonesia. Bahkan di masa mudanya sebagai prajurit, Prabowo sudah menunjukkan ciri khasnya. Mantan Menteri Penerangan Yunus Yosfiah pernah terkejut ketika mendapati tas tempur Prabowo dipenuhi buku-buku sejarah dan majalah The Economist. “Dia berbeda dari yang lain. Di saat istirahat, dia memilih membaca,” ujar Yunus.
Tantangan Literasi di Era Digital
Namun, di tengah kegemaran Prabowo membaca, fakta literasi masyarakat Indonesia justru memprihatinkan. Berdasarkan data UNESCO 2023, hanya 1 dari 1.000 orang Indonesia yang benar-benar rajin membaca. Minat membaca masyarakat semakin tergerus oleh gempuran teknologi digital. Hasil survei APJII menunjukkan bahwa 79,5 persen masyarakat Indonesia sudah menggunakan ponsel pintar, dan rata-rata anak muda lebih memilih menghabiskan 8 jam 42 menit untuk berselancar di dunia maya dibanding membaca buku yang hanya memakan waktu 8 menit sehari.
Ahmad Rifa’i dalam bukunya Generasi Emas bahkan menyoroti dampak buruk malas membaca, seperti menurunnya daya nalar, lemahnya sikap kritis, dan terhambatnya pengembangan diri akibat minimnya wawasan. Masalah ini jelas menjadi alarm bagi bangsa yang ingin maju.
Menghidupkan Kembali Budaya Membaca
Kisah Prabowo sebagai kutu buku sejati bisa menjadi inspirasi bagi masyarakat, terutama generasi muda. Membaca buku bukan sekadar aktivitas mengisi waktu luang, tetapi investasi jangka panjang untuk membangun wawasan, memperluas pemahaman, dan mengasah pola pikir kritis.
Bayangkan jika lebih banyak pemimpin dan tokoh masyarakat yang menunjukkan teladan serupa. Gerakan literasi bisa tumbuh lebih kuat, mengimbangi derasnya arus hiburan digital. Membaca buku bukan lagi dianggap kuno, melainkan menjadi gaya hidup modern yang relevan di era teknologi.
Jadi, kapan terakhir kali Anda membaca buku? Mungkin, hari ini adalah saat yang tepat untuk memulai kembali kebiasaan tersebut. Karena seperti kata Prabowo, membaca adalah cara terbaik untuk menjelajahi dunia tanpa perlu meninggalkan kursi Anda. Bagaimana jika kita semua memulai langkah kecil ini untuk masa depan yang lebih baik?
