Revitalisasi Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muarajambi bukan sekadar proyek, melainkan sebuah misi besar Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Dengan tekad yang kuat, Direktorat Jenderal Kebudayaan berupaya menjadikan Muarajambi sebagai warisan dunia UNESCO, menghidupkan kembali keajaiban sejarah yang tertanam dalam 88 struktur bata khas dan nilai historis yang memukau.
KCBN Muarajambi tidak hanya menjadi simbol keindahan arsitektur, tetapi juga menjalani metamorfosis ke arah konsep harmonisasi dengan ekosistem alam sekitarnya. Langkah-langkah ini tak hanya untuk melestarikan cagar budaya, tetapi juga memperkuat keseimbangan antara warisan sejarah dan lingkungan.
Dalam perjalanan revitalisasi ini, telah tercapai pemugaran sembilan candi, seperti Candi Astano, Candi Kembarbatu, dan Candi Tinggi, yang menunjukkan komitmen serius terhadap pelestarian situs bersejarah ini. Penataan dan normalisasi lingkungan, termasuk parit sebagai jalur transportasi dan pengendalian banjir, memberikan fondasi yang kokoh bagi pengembangan berkelanjutan.
Muarajambi tidak hanya dianggap sebagai destinasi pariwisata semata, tetapi juga sebagai pusat peradaban yang merangkul keunikan spiritual dan pendidikan Buddhisme di Asia Tenggara. Dengan luas kawasan mencapai 3.981 hektar, Muarajambi menghadirkan jejak luar biasa dari masa lalu, menjadi saksi bisu pertukaran nilai dan pengetahuan di antara generasi.
Pada tahun 2024, agenda revitalisasi semakin menggairahkan dengan pembangunan museum, pemugaran lebih banyak candi, dan perencanaan pemugaran untuk menghidupkan kembali kejayaan Candi Sialang dan Candi Alun-Alun. Semua upaya ini tidak hanya untuk mengekspresikan keindahan arsitektur, tetapi juga sebagai wujud nyata dari Undang-Undang Pemajuan Kebudayaan, yang menargetkan ketahanan budaya dan kontribusi Indonesia di tingkat global.
Dalam rangkaian kegiatan, Diskusi Kebijakan dan Kebudayaan dengan Media Massa yang diadakan oleh Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat mengundang perhatian nasional. Sebanyak 25 wartawan dari berbagai media turut serta dalam melibatkan masyarakat dalam perjalanan revitalisasi ini.
Dalam konteks ini, revitalisasi bukan hanya tentang melestarikan warisan bersejarah, tetapi juga menciptakan ekosistem yang mendukung pendidikan, penguatan imajinasi, dan ekonomi kerakyatan. Kawasan ini, yang dikelola di bawah naungan Museum dan Cagar Budaya, bukan hanya menjadi saksi bisu sejarah, melainkan pusat pembelajaran dan penelitian yang mendalam.
Revitalisasi KCBN Muarajambi adalah investasi jangka panjang dalam kebudayaan. Ia mengubah paradigma bahwa kebudayaan bukan hanya beban, melainkan fondasi dasar pembangunan. Melibatkan masyarakat lokal bukan hanya sebagai penonton, tetapi sebagai pelaku utama, menjadi wahana bagi pengembangan ekonomi lokal dan kemajuan pendidikan. Dengan cara ini, Muarajambi tidak hanya menjadi destinasi wisata, melainkan pintu gerbang menuju pemahaman yang lebih dalam tentang warisan budaya Indonesia.