Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sedang membangun model budidaya nila salin berbasis kawasan seluas 80 hektare di Karawang, Jawa Barat. Proyek ini bertujuan untuk mengatasi masalah tambak udang mangkrak yang telah kehilangan kualitas produksi. Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, menyebutkan bahwa strategi modeling budidaya ini juga bertujuan untuk meningkatkan produksi ikan nila salin secara nasional, yang telah ditetapkan sebagai komoditas perikanan unggulan ekspor.
Proyek ini dilakukan di bekas tambak udang yang tidak produktif, di mana tambak tersebut dimodifikasi untuk budidaya nila. Menteri Trenggono menyampaikan bahwa pasar ikan nila salin memiliki potensi besar dengan perkiraan sebesar USD13 miliar pada tahun 2030. Pembangunan model budidaya melibatkan empat kawasan tambak dengan fasilitas seperti Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL), inlet outlet, tandon, dan laboratorium. Penggunaan teknologi terkini, termasuk mesin pakan otomatis, juga menjadi bagian dari proses produksi.
Produktivitas yang diharapkan dari modeling budidaya nila salin ini mencapai 7.020 ton per siklus, dengan berat ikan saat dipanen mencapai 1 kilogram per ekor dan masa produksi 8-9 bulan. Menteri Trenggono berharap bahwa keberhasilan proyek ini dapat menjadi contoh untuk mengaktifkan tambak-tambak nganggur di wilayah Pantai Utara Jawa (Pantura). Direktur Utama BRI, Sunarso, menyampaikan bahwa potensi ekonomi yang dihasilkan dapat dimanfaatkan oleh pelaku usaha mikro kecil (UMKM) perikanan. Pihak BRI juga mendukung proyek ini dengan menanam 1.000 pohon di sekitar area model budidaya, menjalin sinergi dengan KKP untuk menjaga kelestarian ekosistem pesisir.
Dengan proyek ini, diharapkan potensi ekonomi yang dihasilkan dari budidaya nila salin dapat membantu memulihkan tambak-tambak nganggur di Indonesia, dan sinergi antara lembaga keuangan dan kementerian dapat memberikan dampak positif pada pengembangan sektor perikanan dan kelautan di negara ini.
