Mengatasi risiko kecelakaan dan memastikan keamanan bangunan menjadi fokus Kepala Badan Standardisasi Nasional (BSN), Kukuh S. Achmad, menyusul kejadian ambruknya bangunan di SMPN 2 Greged, Cirebon. Dalam menjawab tantangan ini, Kukuh menekankan pentingnya penggunaan produk yang berstandar dan berkualitas tinggi sebagai langkah preventif.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyajikan gambaran serius terkait kerusakan ruang kelas di sekolah-sekolah Indonesia. Kukuh mengungkapkan bahwa ruang kelas SD menunjukkan tingkat kerusakan tertinggi, dengan 60,60 persen mengalami kerusakan ringan atau sedang pada tahun ajaran 2021/2022. Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya, memperkuat urgensi untuk meningkatkan standar keamanan bangunan sekolah.
Dalam menghadapi situasi ini, Kukuh mengingatkan bahwa standar nasional Indonesia (SNI) merupakan kunci untuk memastikan kualitas dan keamanan material bangunan. BSN telah menetapkan 15.192 SNI, termasuk 440 SNI terkait bahan material bangunan dan 42 di antaranya telah diberlakukan secara wajib. Langkah ini sejalan dengan upaya mendorong produsen untuk memproduksi material yang tidak hanya memenuhi standar, tetapi juga ramah lingkungan.
“SNI 8640:2018 Spesifikasi Bata Ringan Untuk Pasangan Dinding,” salah satu dari 440 SNI, menjadi contoh bahwa kepatuhan terhadap standar ini dapat membantu mencegah risiko kecelakaan dan kerusakan bangunan. Kukuh berharap masyarakat semakin sadar akan pentingnya standar dan memilih produk yang telah ber-SNI, menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman.
Dengan menekankan bahwa keselamatan manusia adalah prioritas utama, Kukuh mengingatkan bahwa pembangunan atau renovasi bangunan harus memperhatikan aspek standardisasi. Dengan demikian, risiko ambruk dan rusaknya bangunan dapat diminimalkan, menciptakan lingkungan yang aman dan bebas dari potensi kecelakaan.