Rencana ambisius hilirisasi nikel di Indonesia terbukti menghadapi tantangan serius, dengan upaya peningkatan nilai tambah nikel dinilai kurang matang dari hulu ke hilir. Terlepas dari larangan ekspor bijih nikel sejak 2020, industri penyerap di dalam negeri masih belum siap, menyebabkan produk setengah jadi seperti feronikel dan nikel pig iron membanjiri pasar global dan merosotkan harga nikel internasional. Pelajaran berharga untuk pengembangan komoditas lain.
Lonjakan volume dan nilai ekspor feronikel hingga 2022 mencapai 5,7 juta ton senilai 13,6 miliar dollar AS, terutama ke China, India, Korea Selatan, dan Taiwan. Meski demikian, pertumbuhan produksi nikel Indonesia pada 2022 sekitar 1,6 juta ton setara nikel murni menimbulkan oversupply yang merugikan, terutama karena China sebagai pemain utama tidak mampu menyerap pasokan yang berlebihan.
Ahmad Zuhdi Dwi Kusuma dari Bank Mandiri menyatakan bahwa pertumbuhan produksi nikel di Indonesia di bawah ekspektasi pasar, disebabkan oleh permintaan yang tidak sesuai di China, yang pertumbuhannya hanya sekitar 16 persen, tidak mencukupi peningkatan produksi sekitar 12 persen pada Oktober 2023. Oversupply ini membuat harga nikel dunia merosot.
Rizal Kasli, Ketua Umum Perhapi, menilai oversupply disebabkan oleh kurangnya perencanaan jangka panjang dalam produksi nikel di Indonesia. Dengan pendirian smelter nikel yang melebihi target awal, kebutuhan bijih nikel semakin besar, sementara cadangan nikel terbatas. Rizal menyarankan untuk mempertimbangkan moratorium pembangunan smelter nikel baru dan menyesuaikan perencanaan agar keberlanjutan dan manfaat jangka panjang dapat tercapai.
Akmaluddin Rachim dari Pushep menambahkan bahwa disorientasi dalam hilirisasi nikel membutuhkan evaluasi mendalam. Terlepas dari oversupply, dampak lingkungan dan kecelakaan kerja di smelter-smelter nikel menjadi masalah yang perlu diperhatikan.
Pemerintah, melalui Deputi Bidang Hilirisasi dan Investasi Strategis BKPM, Heldy Satrya Putera, mengakui bahwa sudah terjadi oversupply di tier 1. Upaya untuk menarik investasi di pengolahan tier 2 masih diupayakan, meskipun industri ini lebih kompleks. Wacana moratorium pembangunan smelter nikel baru masih menjadi perbincangan, sementara investasi pengolahan nikel tahap lanjut seperti pabrik baterai mulai berproses, dengan perusahaan seperti LG dan Hyundai telah memulai tahap awal pembangunan.
Bahlil Lahadalia, Menteri Investasi, menegaskan komitmen untuk mencapai nilai tambah hingga 100 persen dalam hilirisasi nikel, dengan fokus pada ekosistem baterai mobil listrik. Meskipun menghadapi tantangan, pemerintah tetap berupaya mencapai keseimbangan antara permintaan dan penawaran pasar serta mempersiapkan investasi di sektor pengolahan nikel tahap lanjut untuk mendukung industri masa depan.