Sinergi untuk Pendidikan Berkualitas dan Inklusif: Langkah Menuju Masa Depan Cerah

Dalam kunjungan kerjanya ke Kabupaten Bogor, Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Atip Latipulhayat, menegaskan kembali komitmen pemerintah untuk menghadirkan pendidikan yang berkualitas dan inklusif bagi semua kalangan. Dalam pidatonya, ia menyoroti pentingnya sinergi antara pemerintah, keluarga, dan masyarakat dalam menciptakan sistem pendidikan yang tidak hanya berorientasi pada aksesibilitas, tetapi juga membangun daya saing bangsa. Hal ini, menurutnya, sesuai dengan amanat Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional yang menjadikan pendidikan bermutu sebagai landasan utama pembangunan bangsa. Pernyataan ini menjadi pengingat bahwa pendidikan bukan sekadar tugas pemerintah, tetapi tanggung jawab kolektif yang membutuhkan kolaborasi berbagai pihak.

Wamen Atip juga mengajak masyarakat untuk mengubah cara pandang terhadap pendidikan. Ia menekankan bahwa pendidikan bukan hanya soal sekolah, melainkan proses pembelajaran seumur hidup yang melibatkan semua aspek kehidupan. Di tengah pandangan umum yang seringkali membatasi pendidikan hanya pada institusi formal, ia menegaskan bahwa keluarga memiliki peran sentral sebagai pondasi utama pembentukan karakter anak. Kebiasaan-kebiasaan baik yang ditanamkan sejak dini di rumah, menurutnya, adalah elemen penting dalam mencetak generasi yang berkarakter dan berdaya saing.

Sebagai langkah konkret, Wamen Atip mengumumkan rencana deklarasi Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat yang akan dicanangkan pada akhir tahun ini. Kebiasaan seperti bangun pagi, beribadah, berolahraga, makan sehat, gemar belajar, bermasyarakat, hingga istirahat cukup, diyakini dapat menjadi dasar pembentukan karakter anak yang kokoh. Ia menilai kebiasaan ini sederhana, tetapi memiliki dampak besar jika diterapkan secara konsisten. Pendekatan ini mengingatkan kita bahwa pendidikan karakter tidak memerlukan metode yang kompleks, melainkan dimulai dari kebiasaan sehari-hari yang sering kali dianggap remeh.

Di sisi lain, Wamen Atip juga menyoroti rendahnya skor Indonesia dalam PISA, yang menunjukkan tantangan serius dalam pembelajaran matematika dan sains. Ia mengakui bahwa kedua bidang ini sering dianggap sulit dan menakutkan oleh siswa. Untuk itu, ia mengusulkan pendekatan pembelajaran yang lebih menyenangkan melalui konsep joyful learning. Pendekatan ini diharapkan dapat memecah stigma bahwa matematika adalah pelajaran sulit, sekaligus menginspirasi siswa untuk lebih percaya diri dalam menghadapinya. Namun, Wamen Atip mengingatkan bahwa upaya ini tidak bisa sepenuhnya dibebankan pada guru. Keluarga juga harus menciptakan suasana yang mendukung belajar di rumah, sehingga anak-anak merasa nyaman untuk mengeksplorasi pengetahuan mereka.

Sebagai penutup, Wamen Atip menegaskan pentingnya kolaborasi semua pihak dalam membangun pendidikan yang lebih baik. Pemerintah, masyarakat, lembaga pendidikan, dan keluarga harus bekerja sama untuk menghadirkan sistem pendidikan yang tidak hanya fokus pada hasil akademik, tetapi juga membentuk karakter yang tangguh dan bermartabat. Ia juga menyebutkan bahwa pemerintah sedang mengupayakan revisi Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional agar regulasi pendidikan di semua jenjang lebih terpadu. Pesan ini mempertegas bahwa pendidikan bukanlah tanggung jawab satu pihak saja, melainkan sebuah kerja kolektif untuk memastikan setiap anak Indonesia memiliki peluang yang setara untuk berkembang menjadi generasi yang cerdas dan berintegritas.

Share this post :

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Create a new perspective on life

Your Ads Here (365 x 270 area)
Latest News
Categories

Subscribe our newsletter

Purus ut praesent facilisi dictumst sollicitudin cubilia ridiculus.

Home
Search
Explore
Menu
×